Mohon tunggu...
Kiki Ambarizki
Kiki Ambarizki Mohon Tunggu... Lainnya - ♡

Done better than perfect, practice make perfect.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perihal Paham

14 November 2022   01:14 Diperbarui: 14 November 2022   01:35 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Perihal paham

Tadinya sudah sangat bisa membidik seulas tawa
Lama kelamaan membosankan juga
Tawanya mulai sirna
Penantian yang hanya dinanti, namun tak ditemui
Pemahaman yang disamaratakan, namun dianggap sebagai sarana kebohongan

Memang memoles janji lebih mudah
Daripada menyusunnya dengan penuh istiqomah
Sama seperti pemutaran dadu
Ya kamu seperti itu, kadang mendapat angka yang menyenangkan
Kadang membuat kesal karena putar balik turun tangga
Bahkan bisa sampai balik putar arah ke tempat semula
Ku tanya mengapa, jawab tak apa
Ku tanya bagaimana, jawab mengapa
Maunya apa?
Bermain dadu tanpa hentinya?
Alah, mainkan saja sendiri, aku malas berputar terpatri dalam ruang yang sama setiap hari
Si paling berhak atas hati dan nurani

Bumi, 14 November 2022

Kiki Ambarizki

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun