Ada hal yang lebih sulit dari mengingat,
Yaitu melupakan.
Apalagi melupakan yang dipaksakan.
Melupakan yang tidak seharusnya dilakukan.
Sejak saat kabar tidak lagi menyapa,
Apalagi sapa yang biasanya ada, jadi tiada
Sejak saat itu pula ingin rasanya tidak mengalami hal serupa yang pernah ada.
Untuk apa datang jika untuk singgah?
Untuk apa datang jika sekedar bertanya?
Untuk apa datang jika dan hanya jika?
Nyawamu masih banyak ya, untuk sekedar menyakiti ribuan wanita?
Atau belum cukup puas dengan melihat derai air mata yang kacau dari seorang wanita?
Atau mungkin justru itu sebuah bentuk kepuasan tersendiri bagimu yang menjadikan wanita sebagai permata di awal jumpa, kemudian memberikan hal yang manis setelahnya, jika sudah ditinggalkan begitu saja?
Luar biasa, lelucon dan plesetan mengenai cinta.
Dipercayai sudah, dicintai sudah, disetiakan juga sudah, ternyata masih kurang juga.
Katanya alasannya pergi karena kondisi perempuannya sedang tidak stabil dan mudah marah karena kondisi mentalnya sedang tidak baik-baik saja, kemudian dia memutuskan untuk menjauhinya dahulu.
Whats wrong? Apa itu cara terbaik dari mencintai?
Disaat jatuh bukannya ditemani, dan dirangkul hingga kembali utuh.
Ini malah ditinggalkan dan menghilang begitu saja.
Kemudian waktu perwaktu datang tanpa malu,
Di fikirnya akan bisa kembali utuh?
Di fikirnya akan baik-baik saja setelah itu?
Di fikirnya memaafkan adalah hal mudah untuk kembali satu?
Jangan datang lagi, aku sudah terluka.
Jangan datang lagi, kamu membawa trauma,
Jika trauma ini masih ada, kamulah penyebabnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H