tulisan ini saya awali dengan dasar pemikiran bahwa hak politik adalah hak yang dimiliki setiap orang yang diberikan hukum untuk meraih, merebut kekuasaan, kedudukan dan kekayaan yang berguna bagi dirinya. lalu menurut Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia ditegaskan bahwa setiap warga negara berhak untuk dipilih dan memilih dalam pemilihan umum berdasarkan persamaan hak melalui pemungutan suara yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
saya merasakan generasi selebriti awal yang ikut dalam kontestasi politk indonesia, seperi era om farhan dan krisdayanti hingga jaman denny cagur dan Verrell Bramasta yang seakrang terpilih menjadi anggota legislatiif pusat bersama Partai Amanat Nasional dari dapil jabar 7 (Kabupaten Bekasi, Karawang, dan Purwakarta di Jawa Barat). saya tidak ingin membahas kemampuan berpolitik mereka, karena saya yakin mereka semua masing-masing memiliki kemapuan lebih dalam dunia politik yang mungkin saya luput dalam melihatnya selain dunia entertainment, namun saya ingin membahas hal lain.
penempatan selebriti dalam politik oleh partai politk muncul pertanyaan mendasar, apakah sudah habis kader partai politik yang memang kompeten? bagaimanakah partai politik menanggapi keraguan netizen dalam pencalonan kader mereka yang sekaligus selebriti itu? saya mengenal beberapa diantara mereka, misalnya om farhan atau zebi eks jkt48 yang 2024 ini gagal melaju sebagai anggota legisltif. Keduanya memiliki kemapuan politik yang cukup bagus, mumpuni dan memiliki kapabilitas untuk menjadi wakil rakyat, namun saya juga melihat fenomena ini menjadi berbanding terbalik, jika melihat marcel widiyanto yang digadang menjadi calon wakil walikota tangsel, nagita slavina yang saat ini diusung PKB untuk menjadi wakil bobby nasution untuk menjadi pasloin cagub dan cawagub sumatrera Selatan. Lagi lagi, mungkin ada kemampuan lain dalam bidang politik yang mungkin saya tidak tau sehinga mereka cocok untuk menjadi wakil rakyat.
Amerika mengeanal roanld Reagan, mantan presidennya yang juga merupakan mantan actor, ada Arnold yang cuga mantan pemain film, doanld trump yang juga manran penguaha sekaligus selebriti. Clint eastwood yang juga pernah menjadi Wali Kota salaam 2 periode, presiden ukraina yang juga mantan stand up comedian,
Fenomena terakhir yang cukup menarik adalah bagaimana rafi ahmad dalam postingannya menempatkan foto dirinya berada sejajar dengan presiden terpilih Prabowo dan ketua umum PAN, dibawahnya ada dua calon kandidat bakal calon bupati KBB, tobias ginanjar, ardi ginanajar dan jeje ritche, yang juga merupakan adik iparnya, yang katanya akan maju menjadi calon di KBB, entah calon napa.
Memang negara kita tidak melarang keikutsertaan selebriti dalam berpolitik, namun jika sudah menempatkan dunia politi kewarganegaraan seperti dunia entertainment, yang lebih mengutamakan "terkenal" atau "viral" dari pada "integritas" atau "kompetensi", maka sudah jauh melenceng dari berdemokrasi itu sendiri. Muncul seliwir gossip di media sosial, RA menjadi "penyandang" dana untuk para politis tersebut, Seperti kita tahu RA berada di kubu pemenang presiden terpilih pada pemilu 2024, gerindra dan pa Prabowo. Politik sedari awal mengenal adanya kata "etika", "integrasi", "kompetensi", bukan "viral".
Terakhir, cukup sudah saya tidak ingin lagi membahas kemampuan berpolitik mereka, karena saya yakin mereka semua masing-masing memiliki kemapuan lebih dalam dunia politik yang mungkin saya luput dalam melihatnya selain dunia entertainment. Bukan menuju Indonesia emas, tapi Menuju indonesia semakin viral kah yang lebih tepat?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H