KKN UNNES GIAT 5 dibuat dengan menghubungkan program kerja dan nilai-nilai Pancasila. Program kerja ini berhubungan dengan pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan kualitas diri dengan pembelajaran hard skill. Dengan adanya program kerja ini diharapkan masyarakat desa salaman dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan yang sudah kami berikan untuk dapat menambah pengalaman dan diterapkan dalam bidang-bidang yang relevan.
Mengusung tema"Desa Penggerak Pancasila", program kerjaMahasiswa KKN UNNES GIAT 5 Universitas Negeri Semarang, yang bertugas di Desa Salaman, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, melaksanakan program kerja "Sosialisasi dan Praktek Pembuatan Obat Anti nyamuk berbahan dasar serai dan kulit jeruk".
Obat anti nyamuk sendiri sudah sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, bahkan obat anti nyamuk sudah menjadi kebutuhan pokok setiap keluarga. Terutama masyarakat yang tinggal di desa Salaman. Pelatihan ini bertujuan agar masyarakat dapat mengolah limbah kulit jeruk menjadi sesuatu yang bermanfaat.
Dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, ekstrak daun serai yang didapat dari menghaluskan dan melarutkan daun serai ternyata mengandung salah satu senyawa yang dapat membunuh nyamuk dan semut yakni zat sitronela. Sitronela memiliki sifat sebagai racun yang dapat memberikan kematian pada nyamuk, dimana nyamuk akan kehilangan cairan secara terus-menerus, sehingga nyamuk akan mengalami dehidrasi (kekurangan cairan). Sedangkan pada kulit jeruk (Citrus Aurantifolia) terdapat minyak atsiri linalool dan limonene yang juga sebagai zat antiserangga sehingga zat-zat tersebut juga berfungsi sebagai penolak nyamuk.
Manfaat serai dan kulit jeruk sebagai obat nyamuk karena dapat menghindari gigitan nyamuk selama 1-2 jam. Cara membuatnya pun cukup mudah, yaitu dengan cara memotong kedua bahan tersebut menjadi lebih kecil, masukkan bahan-bahan tadi kedalam blender dan tambahkan dengan air, blender campuran tersebut dan sesuaikan jangan sampai menjadi sangat kental atau sangat cair, kemudian saring campuran untuk diambil airnya, dan obat anti nyamuk pun siap digunakan.
Kegiatan sosialisasi ini dipimpin oleh salah satu mahasiswa KKN yang bernama Kiki Fatmala, yang mana kegiatan ini masih relevan dengan bidang studinya yaitu jurusan Sosiologi dan Antropologi. Pembuatan obat nyamuk dari serai dan kulit jeruk relevan dengan mata kuliahnya antropologi kesehatan.
Dia mengatakan bahwa "mata kuliah yang saya tempuh salah satunya adalah antropologi kesehatan, yang mana mata kuliah tersebut mempelajari tentang budaya kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat, jadi saya ingin mengajarkan kepada masyarakat umum tentang pembuatan obat anti nyamuk dari bahan yang ada di sekitar kita sendiri yang bisa kita manfaatkan dan menjadi obat untuk melindungi keluarga dari gigitan nyamuk".
Sosialisasi ini juga bertujuan agar masyarakat bisa lebih hemat karena bisa membuat obat anti nyamuk sendiri, juga lebih aman dan sehat. Selain itu, masyarakat juga merasa sangat antusias dan senang karena bisa mendapatkan ilmu baru yang tentunya sangat bermanfaat untuk mereka. Bahkan tidak sedikit dari para peserta aktif bertanya, "saya senang dengan kegiatan pelatihan pembuatan obat anti nyamuk ini, yang ingin saya tanyakan adalah karena ini bahan-bahan rumahan biasa dan tidak ada campuran bahan kimia, kira-kira obat anti nyamuk ini mampu bertahan berapa hari ya mba?", tanya salah satu peserta kepada pemateri.
"untuk suhu ruangan bisa bertahan selama 7 hari ibu, sedangkan jika disimpan didalam kulkas bisa lebih lama", (Kiki, 1/8/23).
Dari kegiatan sosialisasi ini diharapkan masyarakat desa salaman dapat memanfaatkan limbah rumah tangga (kulit jeruk) dan serai menjadi sesuatu yang bermanfaat. Hal ini juga bisa membantu mereka dalam mengurangi uang pengeluaran untuk membeli obat nyamuk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H