Mohon tunggu...
Dwi Rizki Wulandari
Dwi Rizki Wulandari Mohon Tunggu... -

Seorang ibu dua anak. Seorang dokter. Asisten pengusaha

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Selamat Ulang Tahun

3 Januari 2014   11:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:12 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku masih ingat saat kita SMP dulu. Berjalan bersama menuju kantor kotamadya Surabaya untuk menanti angkutan umum. Kita berbincang banyak topik. Kamu bercerita banyak hal. Yang masih kuingat sampai saat ini adalah identitasmu menjadi lebih jelas saat itu, walaupun menimbulkan tanda tanya baru.

Pantas saja kamu pandai, ternyata ayah dan ibumu adalah dokter. Aku baru tahu saat itu. Pantas saja aku seringkali harus bekerja keras mencerna perbincangan kita, ternyata kamu jagoan dalam berargumentasi. Mungkin itu komunikasi intensif pertama kita.

Sebelumnya, aku hanya lamat-lamat mengetahui bahwa kamu adalah perwakilan SMP 1 untuk lomba P4. Setelah itu, aku lupa entah bagaimana, aku berkunjung ke rumahmu. Di sana aku melihat banyak sertifikat prestasi dan tanda keanggotaanmu dalam beberapa organisasi kepemudaan. Aku juga mengetahui karya dan fotomu yang dimuat di majalah remaja populer saat itu. Wuih, aku minder sekali saat berdekatan denganmu.

Pertama masuk SMA, aku didera perasaan marah. Hasratku untuk berorganisasi tak tersalurkan karena kesempatan diberikan kepada mereka yang berparas ayu. Ketika aku masih bukan siapa-siapa di SMA 5, kamu sudah bersinar. Senior-senior kita berlomba-lomba memikatmu yang cemerlang di segala bidang untuk bergabung dengan organisasi intra maupun ekstra sekolah. Bahkan, saat umur kita belum lagi satu semester di SMA 5, tapi kamu sudah jadi bagian programmer untuk acara akbar sekolah kita, MC3. Setelah perjuanganku jatuh bangun memamerkan kemampuan berorganisasiku berhasil, kita menjadi lebih sering bersama.

Tahukah kamu, walaupun saat LDKS kita sama-sama menjadi bintang, posisi strategis yang kududuki di kepengurusan OSIS bersamamu belum mampu mendongkrak pedeku saat berhubungan denganmu. Entah kenapa, kamu tampak sebagai perempuan super di mataku. Kamu pandai sekali. Kamu tahu betul apa yang kamu lakukan. Bahkan, sampai detik itu, aku masih sering takut salah saat berbincang denganmu dan masih saja memaksa diri berada di level lebih tinggi untuk memahami isi pembicaraanmu.

Jangan marah. Aku sama sekali bukan bermaksud meledekmu. Tapi, ke-klop-an kita sekarang tidak datang serta merta saat kita pertama berjumpa. Butuh bertahun-tahun bagiku untuk mengasah diri sehingga sekarang tidak ada situasi senyaman ketika aku curhat padamu dan suamiku. Bahkan ketika di bangku kuliah, kamu masih saja sangat luar biasa. Walaupun kamu lebih sering mengulang ujian dari pada aku, tapi di akhir, ketika yudusium dokter, tetap kamu juaranya. Aku ingin seperti kamu. Bagiku, kamu selalu meniatkan apapun yang kamu lakukan. Pembicaraanmu terencana, sikapmu terencana, bahkan marahmu pun terencana.

Hari-hari terakhir ini, aku semakin menduga, mungkin saja pertemanan kita bisa bertahan selamanya. Sampai saat ini, kita sudah menjalani pertemanan pada berbagai situasi. Dan aku sudah pernah terang-terang menyatakan marah padamu, tersinggung karenamu, iri padamu, merindukanmu, menyandarkan diri padamu, bahkan mempermalukan diri dihadapanmu. Tapi, tak pernah sekali pun kamu mengkhianati aku. Kamu tetap saja temanku. Dan aku selalu nyaman menjadi temanmu.

Selamat ulang tahun. Kedewasaanmu sudah membawamu menjadi orang yang bermanfaat bagi umat. Aku tahu kamu tidak akan berhenti disini. Aku tahu kamu masih menahan diri untuk belum unjuk prestasi. Namun, bahkan ketika kesuksesanmu masih berupa bibit, aku tak pernah sekali pun kesulitan membayangkan perwujudannya ketika besar nanti. Aku tak pernah sekali pun meragukan kamu.

Selamat berkarya. Semoga Allah memberimu umur panjang yang barokah.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun