Mohon tunggu...
Ambu Ria Djohani
Ambu Ria Djohani Mohon Tunggu... lainnya -

Orang Sunda pituin. Cinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kematian dan Roh-roh yang Menjemput

13 Januari 2014   15:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:52 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="alignnone" width="500" caption="Sumber: http://4.bp.blogspot.com"][/caption]

Kematian itu berhubungan dengan para hantu. Orang yang mati biasa, katanya rohnya belum pergi dalam beberapa hari. Orang yang mati penasaran, katanya rohnya ketinggalan menjadi hantu.  Selain itu banyak cerita tentang hantu-hantu yang datang menjemput orang yang akan mati. Roh dari orang tua, suami/istri, saudara, sahabat yang telah meninggal lebih dahulu. Malaikat pun datang, bahkan setan juga datang.

Saya jadi tertarik memahami kematian karena saat ini mendapat tugas untuk tinggal dengan ibu saya yang lansia (78 tahun). Di pemukiman kami ini, banyak keluarga dengan situasi seperti saya, yaitu salah satu anaknya tinggal dengan orang tua yang lansia. Ibu saya ini meskipun mengaku siap kapan saja dipanggil Sang Khalik, tapi keresahan tetap saja timbul setiap ada kematian dari salah satu lansia di pemukiman kami. Setiap kali ada kematian selalu diumumkan melalui pengeras suara di mesjid. Pernah ada sampai 3 kematian lansia dalam sebulan. Rasanya seperti Gusti Allah sedang mengabsen saja giliran kematian para lansia.

Bagaimana sebenarnya orang-orang harus bersikap terhadap lansia yang merasa sedang menghadapi kematian? Apa yang harus dikatakan? Apa yang harus dirasakan?

***

Tugas lain seorang pendamping lansia adalah menyiapkan anak-anak dalam menghadapi kemungkinan neneknya dipanggil Gusti Allah. Bagaimana mereka tidak merasa takut dengan peristiwa kematian. Bagaimana mereka diajak mendiskusikan tentang cerita hantu-hantu yang berkaitan dengan kematian. Saya tidak mau anak-anak saya takut dengan cerita hantu di seputar kematian.

Ketika ada lansia yang meninggal –baik tetangga maupu kerabat- saya menemani ibu saya melayat dan berusaha mengajak anak saya untuk ikut. Agar mereka dapat melihat kematian. Merasakan itu sebagai hal wajar dalam kehidupan.

Tentu saja ini butuh usaha ekstra karena lingkungan masyarakat saya justru mengajarkan anak-anak untuk takut dan menjauh dari jenasah.

Kematian itu dibuat menakutkan. Digunakan orang dewasa untuk menakut-nakuti anak-anak supaya tenang di dalam rumah.Tapi rasa takut akan kematian pun terbawa sampai dewasa. Masyarakat kita sangat kental dengan segala cerita tahyul. Sehingga takut dengan segala hal yang berkaitan dengan kematian.

Saya pun pernah sangat takut dengan kematian. Sewaktu kecil, selalu ditakut-takuti supaya tidak keluar rumah bila sudah menjelang magrib. Akibatnya, sampai dewasa pun menjadi takut akan gelap. Kalau ada yang meninggal, anak-anak disuruh menjauh karena suka berisik dan menimbulkan gangguan. Karena anak-anak sulit diatur, maka caranya pun dengan menakut-nakuti tentang roh gentayangan orang mati atau para penjemputnya. Anak-anak pun –bahkan sampai dewasa- takut dengan jenasah. Takut dengan peristiwa kematian.Takut dengan peristiwa hantu-hantu yang menyertai kematian.

Saya tidak mau anak saya merasa takut dengan kematian. Saya ingin mereka dekat dan menganggapnya peristiwa kehidupan biasa. Wajar.

***

Setiap lansia, selalu punya cerita tentang ‘para tamu’ yang kerap berkunjung. Ibu saya pun sudah mulai mengalaminya, meskipun masih kadang-kadang saja. Tidak seperti ibu lansia tetangga kami yang sudah hidup di “dunia lain” sama sekali. Ibu ini sudah berusia 90 tahun, secara fisik masih sehat, bisa berjalan, bisa melakukan segala hal sendiri (mandi, ganti pakaian, makan), namun sudah pikun sama sekali sehingga tak ada seorang anak pun yang masih dikenalinya sebagai anak atau diingat namanya. Ibu ini sering sekali menyiapkan banyak minuman di atas nampan, ketika ditanya anaknya buat apa membuat minuman sebanyak itu, jawabnya untuk menuguhi para tamu. Ibu ini juga biasa bercakap-cakap dengan keluarganya yang datang, padahal mereka sudah tiada.

Siapakah yang datang? Apakah roh dari orang tua, suami/istri, saudara, sahabat yang telah meninggal lebih dahulu? Apakah malaikat juga sesekali datang? Ataukah setan pun datang?

Anak saya yang sulung (SMA Kelas 2) dan yang kecil (6 SD) saya ajak membicarakan peristiwa kedatangan tamu itu, bila sesekali terjadi pada neneknya. Ketika saya bertanya, apakah mereka merasa takut, anak saya yang kecil mengaku agak takut tapi tidak apa-apa (maksudnya bisa mengerti bahwa itu situasi neneknya karena sudah tua). Sedangkan yang sulung tentu lebih gengsi kalau mengaku merasa takut, berpendapat bahwa neneknya berhalusinasi karena usianya yang sudah lanjut. Bukan berarti bahwa benar hantu-hantu atau roh halus itu datang bertamu.

Pendapat yang masuk akal karena ibu saya mengalami hal-hal seperti itu bila beliau sedang merasa tertekan, kurang perhatian, atau senewen dengan kelemahan dan kepikunannya. Maklum orang lain sibuk sendiri-sendiri, sedang ibu lebih banyak tidak melakukan apa-apa.  Mengaji pun sudah tidak dapat dilakukannya di mesjid. Sehari-hari ibu hanya di rumah saja.

***

Saya tidak berpengetahuan cukup. Tidak berpengalaman cukup dengan kematian. Tapi satu hal yang saya yakini, jangan pernah membuat kematian sebagai kemalangan secara berlebihan. Kata orang Tibet, seseorang harus mati dengan martabat. Maka kalau kita berhadapan dengan peristiwa kematian pun kita harus menjaga agar kematiannya baik. Bermartabat. Orang yang meninggal dapat mengalahkan rasa takutnya. Berani. Ikhlas. Akan lebih baik bila kematian itu dalam pendampingan dan kehangatan keluarga.

Khusnul khatimah, menurut Islam. Meninggal dengan sesungging senyum di bibir. Meningggal dalam situasi baik. Orang yang meninggal dan yang ditinggalkan sama-sama dalam kebaikan dan keiklhlasan, sepenuhnya berserah dan tertuju kepada Sang Pencipta.Kalau pun roh-roh itu hadir menjemput, tak lain adalah roh-roh orang terkasih dan malaikat yang berwajah rupawan. Bukan hantu-hantu buruk rupa.

Semoga itu kematian yang akan saya dan orang-orang yang saya cintai alami. Amin.

***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun