Mohon tunggu...
Kirana AdhinataRamadhani
Kirana AdhinataRamadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Kirana Adhinata Ramadhani [192231132] Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kontroversi Tantangan dan Wawasan Terhadap Penempatan Guru Honorer di Wilayah 3T

21 Agustus 2023   23:58 Diperbarui: 22 Agustus 2023   02:01 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) merupakan kawasan yang seringkali diabaikan dalam sektor pendidikan. Penyebaran guru honorer di wilayah ini telah menjadi perdebatan yang kompleks dan kontroversial. Sementara ada yang berpendapat bahwa penempatan guru honorer adalah solusi efektif untuk mengatasi kekurangan tenaga pendidik, pandangan ini tetap harus disikapi dengan hati-hati, mengingat berbagai konsekuensi dan dampak negatif yang mungkin terjadi. (Syafii, 2018)
Pendukung penempatan guru honorer di wilayah 3T berpendapat bahwa tindakan ini merupakan langkah awal yang sangat diperlukan untuk memberikan akses pendidikan berkualitas kepada anak-anak di wilayah terpencil. Namun, skeptisisme muncul mengenai kualitas pendidikan yang akan diberikan oleh guru honorer yang mungkin tidak memiliki pelatihan yang memadai dan insentif yang cukup. Ini dapat berdampak negatif pada perkembangan akademik dan masa depan anak-anak di wilayah tersebut.
* Pembahasan
Kontroversi juga muncul karena dampak potensial pada pekerjaan guru profesional. Penyebaran guru honorer mungkin akan mengurangi insentif bagi guru berpendidikan yang telah melalui proses pelatihan dan bersertifikasi. Ini bisa mengurangi motivasi untuk mengajar di wilayah yang membutuhkan bantuan, karena mereka tidak mendapatkan penghargaan yang setimpal dengan usaha dan kualifikasi mereka.
Guru honorer seringkali beroperasi dalam ketidakpastian status dan kontrak kerja. Hal ini dapat berdampak pada kesejahteraan finansial mereka dan kualitas pengajaran yang mereka berikan. Upah yang rendah juga bisa menjadi masalah serius, karena menghambat kemampuan guru untuk fokus pada pekerjaan mereka dan menghasilkan hasil yang memuaskan.
Penyebaran guru honorer di wilayah 3T bisa menjadi tantangan besar karena banyak faktor seperti aksesibilitas, fasilitas, dan insentif. (Fitriyani, 2020)

* Aksesibilitas
Keterbatasan akses transportasi dan infrastruktur bisa menjadi hambatan dalam penempatan guru honorer di wilayah 3T. Lokasi yang sulit dijangkau dapat membuat sulitnya pendistribusian guru ke tempat-tempat tersebut.
* Fasilitas
Wilayah 3T seringkali memiliki fasilitas pendidikan yang minim atau bahkan tidak memadai. Sebelum menempatkan guru honorer, perlu dipastikan bahwa fasilitas sekolah memadai untuk mendukung kegiatan pembelajaran.
 
* Insentif
Mengingat tantangan yang dihadapi dalam mengajar di wilayah 3T, diperlukan insentif yang cukup untuk mendorong guru honorer untuk mengambil pekerjaan di daerah tersebut. Insentif dapat berupa tunjangan khusus, fasilitas akomodasi, dan dukungan pelatihan.
Meskipun penempatan guru honorer mungkin memberikan solusi jangka pendek bagi kekurangan tenaga pendidik di wilayah 3T, ini mungkin tidak efektif dalam jangka panjang. Pemerintah harus lebih berfokus pada pengembangan infrastruktur pendidikan, pelatihan guru, dan penyediaan insentif yang memadai untuk menarik guru berkualitas ke wilayah-wilayah tersebut. Langkah-langkah ini memerlukan waktu dan upaya, tetapi pada akhirnya akan memberikan hasil yang lebih baik bagi pendidikan di wilayah 3T.

Kesimpulan
Kontroversi terkait penyebaran guru honorer di wilayah 3T melibatkan berbagai pertimbangan yang kompleks. Sementara penempatan guru honorer mungkin memberikan solusi cepat untuk mengatasi kekurangan tenaga pendidik, dampak negatifnya juga harus dipertimbangkan. Pemerintah harus memastikan bahwa keputusan mereka didasarkan pada kepentingan jangka panjang pendidikan dan kesejahteraan anak-anak di wilayah tersebut, bukan hanya pada kebutuhan segera. Upaya yang lebih besar perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di wilayah 3T melalui pengembangan sumber daya manusia dan infrastruktur yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Fitriyani, B. S. (2020). Objectives And Goals Policy Of Guru Garis Depan Program To Improve The Basic Education Quality. Al-Ishlah: Jurnal Pendidikan, Volume 12 No 2.
Silvius Rejaan, F. R. (2023). Jejaring Difusi, Peran Dan Fungsi Opinion Leader Dan Change Agents. Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana ISSN 26866404.
Syafii, A. (2018, Desember). Perluasan dan Pemerataan Akses Kependidikan Daerah 3T. Jurnal Manajemen dan Pendidikan Islam, Volume 4 No 2.

#Amerta2023 #KsatriaAirlangga #UnairHebat
#AngkatanMudaKsatriaAirlangga #BanggaUNAIR
#BaktiKamiAbadiUntukNegeri #Ksatria16_Garuda7
#ResonansiKsatriaAirlangga #ManifestasiSpasial
#GuratanTintaMenggerakkanBangsa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun