Mohon tunggu...
Sosbud

Wong Ndeso Sekolah?

20 April 2015   09:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:53 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Anda berasal dari desa? Bagi yang jawabannya “ya”, bagaimana pendapat Anda tentang kesadaran akan pentingnya pendidikan dari masyarakat sekitar? Apakah jawaban mereka “penting”, “tidak penting”, atau justru acuh tak acuh? Saya yakin masih banyak masyarakat, khususnya yang berada di daerah pedesaan belum memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan untuk masa depan anak-anaknya. Apalagi kalau anak perempuan. Kebanyakan dari mereka berpikir bahwa sekolah tinggi-tinggi tidaklah penting. Menjadi seorang sarjana dengan rentetan gelar pun belum cukup menjamin bahwa ia akan hidup sukses dan bahagia selamanya. Ditambah lagi dengan banyaknya lulusan sarjana yang menjadi pengangguran semakin membenarkan pendapat masyarakat bahwa sekolah tidaklah penting. Terlebih lagi bagi seorang perempuan. Masyarakat beranggapan, pada akhirnya perempuan akan berdomisili di sumur dapur kasur juga.

Ada beberapa alasan mengapa masyarakat belum memiliki kesadaran akan pentingnya ilmu. Pertama, ekonominya lemah sementara biaya sekolah sangat besar, terlebih di perguruan tinggi. Kedua masyarakatnya masih tradisional, sehingga belum terbuka pada kemajuan jaman yang menuntut pendidikan. Ketiga, kuatnya prinsip “mangan ora mangan sing penting kumpul”. Hal ini berakibat anak-anak sendiri kurang memiliki minat untuk melanjutkan sekolah. Terlebih jika kuliah dan lokasi perguruan tingginya jauh yang menyebabkan si anak harus berpisah dari keluarganya. Keempat, belum meratanya pembangunan sehingga masyarakat desa kurang mengikuti perkembangan jaman. Akibatnya, dari segi kemampuan atau SDM mereka kurang. Kelima, adanya fakta bahwa banyak sarjana yang menjadi pengangguran. Tidak dapat dipungkiri bahwa anggapan-anggapan masyarakat bahwa sekolah tinggi belum tentu menjamin hidup enak, memang benar. banyak sarjana yang menganggur, memang demikian faktanya. Tapi jika masyarakat beranggapan bahwa sekolah tidaklah penting, patut disalahkan. Sekolah pada hakikatnya adalah mencari ilmu, dan mencari ilmu adalah sangat penting. Bahkan, bagi seorang muslim mencari ilmu adalah wajib hukumnya.”Carilah ilmu sampai ke negeri China”.

Lalu bagaimana agar masyarakat sadar bahwa pendidikan sangat penting?

Menurut saya harus ada TELADAN. Teladan yang dimaksud yaitu suatu pembuktian dari seorang mahasiswa, bahwa dengan pendidikan yang tinggi kita bisa meraih cita-cita dan menjadi sukses. Buktikan bahwa sekolah tinggi tidaklah sesulit yang dibayangkan. Jika masalahnya adalah ekonomi rendah, bukankah pemerintah sudah mengeluarkan banyak beasiswa dan bantuan untuk membantu pendidikan Indonesia? Jika dalam satu desa hanya Andayang bisa sekolah tinggi, maka buktikan kepada mereka bahwa Anda bisa menjadi orang besar dengan pendidikan! Masyarakat hanya akan percaya dengan melihat dan menjumpai fakta (pengalaman empiris). Bukan sesuatu yang abstrak, bualan atau penjelasan panjang lebar akan pentingnya pendidikan yang sama sekali tidak dapat mereka gambarkan. Jika Anda sadar bahwa “pendidikan itu penting”, jangan kata itu kepada mereka, tapi lakukan dan buktikan! Terlebih bagi Anda yang tinggal di daerah yang notabene tertinggal. Inilah ajang pembuktian bahwa wong ndeso pun bisa sukses dan menjadi juragan.

Belajarlah dari seorang Bapak yang berkata pada anaknya, “Sebagai orang tua, kami memang tidak bisa memberikan harta kepada anak-anak, tetapi kami ingin membekali mereka dengan ilmu yang banyak”. Betapa haru suasana seperti ini. Memang benar, harta hanya akan menjadi bekal untuk sementara waktu, tapi ilmu akan menjadi bekal yang kekal (sampai ke liang lahat), bahkan ilmu itulah yang nantinya mendatangkan harta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun