Mohon tunggu...
kiftian prazetya
kiftian prazetya Mohon Tunggu... -

Menempuh Kuliah di Pascasarjana S2 Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang, Lulusan S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Mulawarman.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MENGUNAKAN MEDIA GASPER (GAMBAR SERI PERISTIWA

17 September 2013   14:11 Diperbarui: 4 April 2017   18:04 6766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

A.PENDAHULUAN

Menulis sebagai salah satu kegiatan yang harus dihadapi siswa dalam proses pembelajaran, terutama untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia. Melalui kegiatan menulis diharapkan siswa dapat menuangkan idenya baik yang bersifat ilmiah maupun imajinatif. Sekolah sebagai tempat siswa mengenyam pendidikan diharapkan dapat memberikan pembelajaran tentang menulis dengan baik menggunakan teknik yang tepat sehingga potensi dan daya kreativitas siswa dapat tersalurkan dengan baik, tidak hanya potensi yang terpendam.

Menulis juga merupakan keterampilan berbahasa yang paling kompleks, karena menulis menjadi keterampilan berbahasa yang paling kurang diminati oleh siswa karena menulis menuntut sejumlah kemampuan. Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia  SMP kelas IX semester 1 untuk sub aspek menulis menyebutkan bahwa siswa mampu mengungkapkan pengalaman diei sendiri dan orang lain kedalam sebuah cerpen (Diknas;2005). Untuk mencapai standar kompetensi itu, pembelajaran Bahasa Indonesia bukan sekedar teori saja namun siswa dituntut untuk dapat mengungkapkan pikiran, gagasan, pendapat dan perasaan melalui sebuah karya sastra.

Hal ini bisa berupa tulisan kreatif berupa cerpen, puisi, novel dsb. Namun fokus pengembangan berada pada menulis cerpen. Diamana dalam menulis cerpen tidak sedikit siswa yang mengalami hambatan dalam menuangkan gagasan, ide dan pendapatnya. Adapun masalah yang sering terjadi yakni, kesulitan menemukan tema dan kurang berkembangnya ide siswa ketika menulis. Selaian itu kegiatan menulis cerpen yang diajarkan disekolah menggunakan metode konvensional. Dimana guru berperan sangat dominan dalam proses embelajaran, yang mengakibatkan siswa kurang maksimal ketika menulis. Salah satunya kurang menariknya ide, bahasa yang digunakan monoton sehingga ide tidak bervariasi. Hal ini dilihat dari kesesuaian isi cerpen dengan tema, pengembangan topik, dan diksi yang belum dikuasai siswa.

Meskipun guru sebagai pengajar tidak bisa disalahkan sepenuhnya namun sebagai tenaga professional guru harus meningkatkan kualitas mengajar ketika menyampaikan materi. Misalnya saja dengan menggunakan metode atau media yang menarik minat serta kreatifitas siswa. Hal tersebut akan berdampak pada keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran dan mengerjakantugas yang diberikan guru. Sehingga keprofesional guru dituntut demi kelancaran proses belajar mengajar.

Dengan demikian, permasalahanyang muncul diatas pada keterampilan menulis cerpen harus memiliki alternatif agar proses pembelajarannyabisa berjalan lancar. Melalui kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan dapat membantu serta melatih siswa dalam memunculkan ide yang kreatif, topi yang menarik serta diksi yang baik. Oleh karena itu penulis mencoba menwarkan media gambar sebagai pemicu awal agar merangsang imajinasi siswa ketika menulis cerpen

Rumusan Masalah

Berangkat dari permasalah yang dijelaskan diatas, maka penulis merumuskan :

1.Mendeskripsikan masalah-masalahyang terjadi dalam pembelajaran menulis cerpen?

2.Bagaimana aplikasi penggunaan media gambar karakter dalam kegiatan menulis cerpen?

Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini

1.Menjelaskan masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran menulis cerpen?

2.Menjelaskan aplikasi penggunaan media gambar karakter dalam kegiatan menulis cerpen?

B.PEMBAHASAN

a.Hakikat Menulis Cerpen

Komunikasi tidak langsung dilakukan dengan menggunakan media tulis, dengan menggunakan lambing-lambang bahasa. Dasar penulisan kreatif sama dengan menulis biasa pada umumnya. Unsur kreatifitas mendapat tekanan dan perhatian besar karena dalam hal ini sangat penting peranannya dalam pengembangan proses kreatif. Seorang penulis atau pengarang dalam karya-karyanya, kreatifitas ini dalam ide maupun (hasil) akhirnya (Titik2003:31). Oleh karena itu didalamkarya sastra banyak menyuguhkan nilai kehidupan , yakni nilai-nilai yang bermakna bagi kehiduan, yang mengarahkandan meningkatkan kualitas hidup kita sebagai manusia.

Menulis merupakan suatu kegiatan produktif dan ekspresif. Menulis cerpen  merupakan cara menulis yang paling selektif dan ekonomis. Dimana tiap bagiannya, tiap kalimat, tiap kata, tiap tanda baca, tidak ada bagaian sia-sia. Semuanya member peran penting untuk menggerakkan jalan cerita,atau mengungkapkan watak tokoh atau melukiskan suasana. Tidak ada bagian yang ompong dan tidak ada bagiam yang berlebihan (Diponegoro1994:6)

Tamsir (dalam Endraswara2003:239) memberikan petunjuk bahwa penulis ibarat kamerawan yang membidik perjalanan panjang kehidupan manusia atau sesuatu yang dimanusiakan. Pendapat itu memberikan gambaran bahwa penulis cerpen harus tanggap terhadaplingkungan dan perubahan waktu. Pengalaman pribadi, pengamatan atas kejadian-kejadian di sekitar kita, dari membaca buku atau menonton film, bahkan darimimpi bisa menjadi ide cerita yang mampu menggerakkan imajinasi untuk berkreasi membuat cerpen.

Berdasarkan uraian menulis kreatif cerpen yang dipaparkan di atas, dapat diketahui bahwa menulis cerpen merupakan proses kreatif yang melahirkanpikiran, perasaan, secara ekspresif dan apresiatif. Peristiwa, pelaku, waktu,tempat, dan suasana yang terjadi dalam cerpen hanya bersifat rekaan atau khayal

b.Pengertian Cerpen

para ahli memberikan definisi atau batasan yangberbeda-beda. Suharianto (1982:39) menyatakan bahwa cerita pendek bukanditentukan oleh banyaknya halaman untuk mewujudkan cerita tersebut atau sedikit 21tokoh yang terdapat di dalam cerita itu, melainkan lebih disebabkan oleh ruanglingkup permasalahan yang ingin disampaikan oleh bentuk karya sastra tersebut.Jadi sebuah cerita yang pendek belum tentu dapat digolongkan ke dalam jeniscerita pendek, jika ruang lingkup yang permasalahan yang diungkapkan tidak memenuhi persyaratan yang dituntut oleh cerita pendek.Selanjutnya Suharianto (1982:39) juga menambahkan bahwa ”ceritapendek adalah wadah yang biasanya dipakai oleh pengarang untuk menyuguhkansebagian kecil saja dari kehidupan tokoh yang paling menarik perhatianpengarang”. Jadi sebuah cerita pendek senantiasa hanya akan memusatkanperhatiannya pada tokoh utama dan permasalahannya yang paling menonjol danmenjadi pokok cerita pengarang.

Jakob Sumardjo dan Saini K.M juga menyatakan bahwa cerpen adalahcerita atau narasi (bukan analisis) yang fiktif (tidak benar-benar telah terjadi tetapidapat terjadi di mana saja dan kapan saja) serta relatif pendek. Bila ditinjau daribentuknya cerpen adalah cerita yang pendek. Akan tetapi dengan hanya melihatfisik yang pendek saja, orang belum dapat menetapkan cerita yang pendek adalahsebuah cerpen. Di samping ciri dasar yang tadi, yaitu cerita yang pendek ciri dasaryang lain adalah sifat rekaan (fiction). Cerpen bukan penuturan kejadian yangpernah terjadi berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tetapi murni ciptaan saja,direka oleh pengarangnya. Ciri dasar yang ketiga adalah sifat naratif ataupenceritaan (Sumardjo 1986:36-37). Selain itu, Wiyanto (2005:77) jugamengungkapkan bahwa cerpen adalah cerita yang hanya menceritakan satuperistiwa dari keseluruhan kehidupan pelakunya.

Dalam menulis sebuah cerpen, ada hal-hal yang harus dicermati yaitu unsur pembangun cerpen. Unsur pembangun cerpen mencakupi tema dan amanat, penokohan, alur, latar, pusat pengisahan/sudut pandang, dan gaya cerita (Kosasih, 2009: 392-394).

(1) Tema dan Amanat
Tema adalah inti atau ide dasar sebuah cerita. Sedangkan amanat adalah ajaran moral atau pesan dikdaktis yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca.

(2) Penokohan
Penokohan adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Ada dua teknik yang dapat digunakan dalam menggambarkan karakter tokoh, yaitu:
a. Teknik analitik, karakter tokoh diceritakan secara langsung oleh pengarang.
b. Teknik dramatik, karakter tokoh dikemukakan melalui:
- Penggambaran fisik dan perilaku tokoh
- Penggambaran lingkungan kehidupan tokoh
- Penggambaran tata kebahasaan tokoh
- Pengungkapan jalan pikiran tokoh
- Penggambaran oleh tokoh lain

(3) Alur
Alur (plot) merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab-akibat. Secara umum jalan cerita terbagi ke dalam bagian-bagian berikut:
a. Pengembangan situasi cerita (expotition)
b. Pengungkapan peristiwa (complication)
c. Menuju pada adanya konflik (rising action)
d. Puncak konflik (turning point)
e. Penyelesaian (ending)

(4) Latar
Latar (setting) merupakan salah satu unsur intrinsik karya sastra yang meliputi keadaan tempat, waktu, dan suasana. Latar tersebut bisa bersifat faktual atau imajiner.

(5) Pusat Pengisahan/Sudut Pandang
Pusat pengisahan atau sudut padang adalah posisi pengarang dalam membawakan cerita. Posisi pengarang terdiri atas:

a. Berperan langsung sebagai orang pertama, sebagai tokoh yang terlibat dalam cerita yang bersangkutan.

b. Hanya sebagai orang ketiga yang berperan sebagai pengamat.

(6) Gaya Cerita
Gaya cerita (gaya bahasa) berfungsi untuk menciptakan suatu nada atau suasana persuasif, serta merumuskan dialog yang mampu memperlihatkan hubungan dan interaksi antara sesama tokoh. Bahasa dapat menimbulkan suasana yang tepat bagi adegan yang seram, adegan cinta, ataupun peperangan, keputusasaan, maupun harapan. Oleh karena itu, penulis harus menguasai kosakata yang banyak agar cerpen yang dihasilkan tidak monoton.

c.Gambar sebagai Media

Gerlach dan Elly (dalam Arsyad 2003: 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa media sangat penting dalam proses pembelajaran dengan media peserta didik akan lebih mudah memahami pelajaran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa media adalah alat, metode, dan tekni yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran yang dapat menyajikan perna dna perangsang siswa dalam proses pembelajaran.

Sadiman (2002: 29) mengemukakan bahwa gambar adalah media yang paling umum dipakai dan merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana serta gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Gambar berseri adalah rangkaian gambar yang terdiri atas dua gambar atau lebih yang merupakan satu kesatuan cerita. Suatu gambar atau seri gambar dapat dijadikan bahan menyusun paragraf. Gambar karakter pada hakikatnya mengekspresikan suatu hal.

Bentuk ekspresi tersebut dalam fakta gambar bukan dalam bentuk bahasa. Pesan yang tersirat dalam gambar tersebut dapat dinyatakan kembali dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Penerjemahan pesan dari bentuk visual ke dalam bentuk kata-kata atau kalimat sangat tergantung pada kemampuan imajinasi siswa. Hasil ekspresi anak yang cerdas akan lebih lengkap dan mungkin mendekati ketepatan, tetapi gambaran anak yang sedang kecerdasannya mungkin hasilnya tidak begitu lengkap, sedangkan pelukisan kembali oleh anak yang kurang cerdas pastilah kurang lengkap dan bahkan mungkin tidak relevan atau menyimpang.

Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa gambar seri peristiwa adalah gambar yang mempunyai urutan kejadian yang memiliki satu kesatuan cerita. Gambar berseri juga dapat membuat siswa untuk melatih dan mempertajam imajinasi yang kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan. Semakin tajam daya imajinasi siswa, akan semakin berkembang pula siswa dalam melihat membahasakan sebuah gambar.

d.Kelebihan Media Gambar Seri Peristiwa

Melaluimedia gambar seri diharapkan dapat mengalami perubahan pengalaman pembelajaran menuju kearah pembelajaran yang menyenangkan. Keunggulan dari solusi yang ditawarkan oleh penulis adalah sebagai berikut ;

1.Sifatnya konkret, gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan denganmedia verbal semata.

2.Gambarnya dapat membatasi batas ruang waktu. Tidak semua benda, objek atau pariwisata dapat dibawa ke kelas, dan tidak semua anak-anak dibawa ke objek/pariwisata tersebut.

3.Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita

4.Media gambar dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usiaberapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahpahaman.

5.Harganya murah dan digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus

e.Langkah-langkah menulis cerpen menggunakan media gamar seri peristiwa

1.Guru memperlihatkan gambar seri peristiwa kepada siswa. Kegiatan ini bisa dilakukan secara berkelompok. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dari menulis cerpen

2.Guru menyediakan 5 amplop kosong berisi gambar seri peristiwa dimana gambar itu sudah dberi nomor dan ketua dari masing-masing kelomok memilih dan dibagikan pd anggota kelompoknya

3.Sebelum membuka amplop yang berisi gambar peristiwa terlebih dahulu guru menjelaskan unsur-unsur yang terdapat dalam cerpen kemudian siswa diberi petunjuk cara pengerjaan

4.Siswa diberi waktu 25 menit untuk menganalisis, mencari tema, menemukan topik permasalahan, membuat alur dan memilih diksi yang tepat sesuai gambar seri yang dibagikan oleh guru

5.Guru dan siswa  berdiskusi mengenai hal-hal yang dianggap sulit, hal-hal menarik serta pendapat siswa mengenai metode gambar seri peristiwa,  ketika menulis cerpen dengan menggunakan media gambar seri peristiwa

6.Salah satu perwakilan kelompok mewakili kelopoknya membacakan hasil menulis cerpen kedepan kelas

7.Guru memberikan apresiasi pada siswa yang judul cerpen serta tema cerita yang menarik dngan cara memberian tepuk tangan dan applause

8.Guru dan siswa melakukan refleksi dengan cara bertanya jawab serta menyimpulkan kegiatan dari materi yang sudah dilakukan

C.KESIMPULAN

Dalam kegiatan menulis kreatif hendaknaya guru emperhatikan siswa dan menciptakan pengajaran yang kreatif, inovatif dan menyenangkan pada siswa. Salah satunya dengan penggunaan media GASPER (gambar seri peristiwa) dimana media ini berusaha untuk menggali imajinasi dan memancing siswa untuk lebih kreatif dalam menulis tema, topic, alur serta pemilihan diksi yang sesuai dengan tema cerita.

Somoga solusi media yang penulis tawarkan dapat membantu para guru atau pengajar sastra lainnya dalam mengembangkan media yang menarik, inovatif serta kreatif. Selain itu pula penulis mengharapkan adanya peningkatan akan kecintaan siswa terhadap karya sastra yang banyak berkembang sat ini. Dengan mencintai karya sastra khususnya cerpen siswa dapat belajar mengenai nilai-nilai kehidupan yang salah-satunya berupa nilai moral.

DAFTAR RUJUKAN

Arsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Diknas 2005. Kurikulum Penndidikan Dasar. Jakarta:Diknas

Diponegoro, Mohammad. 1994. Yuk, Nulis Cerpen Yuk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Endraswa, Suwardi. 2003. Membaca, Menulis, Mengajarkan Sastra. Yogyakarta: Kota Kembang

Kosasih, E. 2009. Bahasa Indonesia Untuk SMA/MA, Ringkasan Materi X, XI, dan XII. Bandung: Yrama Widya.

Sadiman, arief , dkk. 202 Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta; PT. Raja Grafindo Pustaka

Suharianto, S.1982. Dasar-Dasar Teori Sastra. Surakarta : Widya Duta

Sumarjo, Jakob dan Saini K. M.1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta : Gramedia

Titik, dkk. 2003. Teknik Menulis Cerita Anak.Yogyakarta: PUSBUK

Wiyanto, asul. 2005. Kesusastraan Sekolah Penunjang Pembelajaran Bahasa Indonesia SMP dan SMA. Jakarta: Grasindo.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun