Kita mengenal beragam tema pada permainan akhir bidak, salah satu diantaranya yang paling sering muncul dalam praktek adalah "terobosan"
Sebagai ilustrasi mari kita menjajarkan 3 buah bidak putih di a5, b5 dan c5 lalu menempatkan 3 buah bidak hitam di a7, b7 dan c7, maka putih yang giliran melangkah disini berpeluang melakukan terobosan dengan:
1. b6 -axb6
2. c6 - bxc6
3. a6
Bidak a6 ini menjadi bebas menuju kepetak promosi. Ilustrasi diatas adalah dasar dari teknik terobosan dan dimuat dihampir semua buku pawn end game.
Terobosan pada permainan akhir Raja + bidak, tentu saja dapat terjadi pada bermacam-macam posisi, agar dapat semakin memahami dan jeli melihat kemungkinan melakukan terobosan pada partai, sebaiknya mempelajari melalui buku-buku teori babak akhir.
Tetapi terlebih dahulu mari kita mengerti bahwa setiap terobosan bertujuan membebaskan satu atau dua bidak, jadi inti dari terobosan adalah pembebasan bidak, dan paling penting untuk dipahami bahwa harga yang harus dibayar pada setiap terobosan yang memberikan kita bidak bebas adalah munculnya bidak bebas pula dipihak lawan.
Oleh karena itu terobosan membutuhkan kalkulasi akurat, sebab terobosan yang dilakukan dengan keliru mengakibatkan kekalahan. Jelas bahwa sebelum melakukan terobosan harus dipastikan dulu bahwa bidak2 bebas yang tercipta diatas papan bagi kedua belah pihak akan menguntungkan kita.
Sebagai manusia, ALLAH mengarunia kita akal budi, tentu tujuan penganugrahan ini adalah supaya kita dapat mempergunakan menjalani kehidupan dengan baik dan semakin maksimal melaksanakan perintah NYA sesuai kodrat.
Malangnya, justru banyak manusia lalu terpesona pada dirinya sendiri, tdk sedikit orang sukses merasa hebat dan menjadi sombong. Sebagian lagi memanfaatkan ilmu serta pengetahuan menjauh dari petunjuk-petunjuk ALLAH yang sebenarnya standart saja.
Contoh sederhana adalah terciptanya mesin-mesin perang yang menurut pikiran saya yang bodoh ini hampir tidak berguna bagi kemanusiaan, atau timbulnya atheisme yang sebenarnya berangkat dari kebanggaan diri berlebihan sehingga melupakan SANG PEMBERI POTENSI, alias lupa kacang akan kulitnya.
Entahlah, tentu bisa sangat banyak argumentasi mengenai ini dan menuju kedebat kusir, kepala saya terlalu kecil untuk mengerti, maka mari kita membicarakan hal lain saja.
Manusia berakal budi sebenarnya adalah mahluk potensial untuk mencapai apapun dikehendaki dan mampu diupayakannya.
Menurut saya kewajiban hidup manusia adalah mencapai puncak yang bisa dicapainya, dengan tujuan bukan untuk kepentingan pribadi melainkan agar dapat berguna maksimal bagi kehidupan lain disekitarnya.
Saya berpikir bahwa berada di safe corner, lalu berdiam diri dan menikmatinya tanpa berupaya mendaki puncak kemampuan yang dikaruniakan ALLAH kepada seseorang adalah bentuk lain dari mendzalimi diri sendiri.
Seperti catur, hidup ini memang kompetisi, berjuang dan berlomba-lomba menuju baik. Jika kita setuju pada landasan berpikir diatas maka terobosan-terobosan dalam hidup pastilah selalu diperlukan.
Menjalani hidup dengan teratur, setapak demi setapak, etape per etape akan senantiasa membawa kita ke kondisi aman, dimana tujuan perantara telah berhasil dicapai, tetapi sebagai pecatur dan manusia kita tidak pernah akan berhenti, karena perjalanan ini menuju puncak, keujung terjauh yang mungkin dituju, dan sesungguhnya agar kita dapat membaktikan diri pada kehidupan lain.
Tema terobosan bidak mengingatkan kita bahwa everything has a price, semua ada harganya, tujuan baik dapat saja berbuah buruk jika dilakukan dengan cara dan saat keliru.
Terobosan bidak membiasakan untuk menilai dengan benar bidak-bidak bebas yang akan tercipta bagi kita dan lawan, atau dengan kata lain tujuan sebaik apapun yang dilakukan jangan berbalik menjadi bumerang yang mencelakakan diri sendiri.
Mencapai maksimal adalah wajib tetapi teliti dan berhati-hati adalah kewajiban sama yang menyertainya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H