Mohon tunggu...
Rizki Septina
Rizki Septina Mohon Tunggu... -

Unik, hanya ingin menjadi diriku sendiri yang seperti ini. Saya suka tumbuh-tumbuhan, bunga, binatang, menggambar, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pakradent

21 Desember 2010   10:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:32 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yu Sutri yang selalu tersenyum manis kepada semua orang tiba-tiba tidak tersenyum lagi. Sudah tiga hari ini. Masyarakat kampung manggis sudah mulai menyadari hilangnya senyum Yu Sutri. Mereka mempertanyakan kemana hilangnya senyum Yu Sutri yang biasanya setiap hari setiap waktu diobral. Sambil menjajakan nasi bungkus dipagi hari Yu Sutri dengan renyah menyapa setiap orang, bukan hanya langgannannya.

Tapi kini Yu Sutri kehilangan senyumnya. Rutinitas menjajakan nasi bungkus dipagi hari masih dilakoninya, namun senyumnya sudah tidak menghiasi lagi. Ketika hampir satu minggu hal itu berlangsung, Pak Rudi pelanggan tetapnya jadi tidak betah lagi. Ia akhirnya lapor pada Pak RT. Pak RT serta merta membetulkan. Pak RT kampung manggis memiliki kumis tebal mirip pak raden di tipi. Anak-anak kadang memanggilnya begitu pula. Pak Raden.
"Ia betul pak, saya juga merasa demikian, Yu Sutri sekarang nggak pernah senyum"
"Kita harus segera mengusut kejadian ini"
"Iya, secepatnya"

---

Semua orang kini semakin menjaga jarak dengan Yu Sutri, bagaimana tidak? Jika kemarin kemarin Yu Sutri kehilangan senyumnya, sekarang jika ia disapa, yang didapat dari si penyapa hanya lirikan maut yang dahsyat. Entahlah, sedang kenapa Yu Sutri itu.

Warga yang percaya tahayul lalu menghubung hubungkan dengan saingan dagang Yu Sutri. Mereka bilang Yu Sutri kena santet karena dagangan Yu Sutri selalu laris sedangkan saingannya tidak. Ada juga yang bilang kalo Yu Sutri di santet orang, Duda yang rumahnya dekat pasar setiap kali Yu Sutri lewat pasti menyapa kelewat berlebihan, siapa yang nggak tahu sih kalo Duda itu menyimpan rasa sama Yu Sutri. Tapi Yu Sutri adalah miliki bersama, milik kampung manggis selama bertahun tahun. Maka Yu Sutri tentu menolak ajakan Duda itu mentah-mentah.

---

Akhirnya pak RT ditemani pak Rudi dan beberapa orang warga mendatangi Yu Sutri. Saat rombongan datang Yu Sutri tak tersenyum apalagi mempersilahkan warga masuk ke rumahnya. Semua makin kebingungan. Pak RT mendesak jawaban atas hilangnya senyum Yu Sutri. Yang didapat hanya gelengan kepala dari Yu Sutri, tak ada suara sedikitpun.

---

Semua orang hampir menyerah, dan dengan luka yang dalam mencoba mengenyahkan rindu pada senyum Yu Sutri.

Pada pagi hari Yu Sutri sehabis menjajakan dagangannya kemudian belanja di pasar. Rutinitas Yu Sutri memang begitu. Tapi di pasar pagi itu ada yang berbeda. Pengunjung pasar padat memenuhi halaman parkir, mengerumuni sesuatu. Sepertinya orang dagang obat.

Yu Sutri jadi penasaran, ia mendekat ke arah kerumunan itu. Tapi ketika ia tahu apa yang diperjual belikan, serta merta Yu Sutri kalap. Ditendanginya semua dagangan yang telah digelar. Orang-orang berlarian melihat Yu Sutri ngamuk. Apalagi pedagangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun