Mohon tunggu...
Rizki Septina
Rizki Septina Mohon Tunggu... -

Unik, hanya ingin menjadi diriku sendiri yang seperti ini. Saya suka tumbuh-tumbuhan, bunga, binatang, menggambar, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Goodnight Nobody

20 November 2010   13:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:26 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kau ada diujung apa yang kusebut rindu. Ketika malam itu aku melihatmu sayu-sayu.

Kapan perjumpaan terakhir kita ya? Tak tahulah, sudah terlalu lama. Dan ketika ku mengingatnya, sepaket pula dengan ingatanku yang terbata-bata menyusun hari demi hari yang melenakan, bersama kamu.

Kau masih sama. Klise. Padahal tahu kabarmu selama ini pun aku tidak. Sedang hidup adalah naik dan turun, baik dan buruk, bagaimana mungkin aku bisa menilaimu sama hanya karena malam itu aku melihatmu sekelebat mata. Aku melihatmu, tapi kamu tak melihatku. Jika posisinya kita sama-sama saling melihat, apa kau akan berpikir aku juga masih manusia yang sama seperti masa yang lampau? Masih sama-sama galak, masih sama-sama egois, masih sama-sama sama sekali jauh dari kata cantik, dan masih sama-sama pengkhianat c*nta?

Tidak. Karmaku sudah turun. Dan aku yakini semuanya karena sikapku yang negatif terhadap kamu waktu itu. Dan parahnya, aku belum sempat minta maaf. Bagaimana bisa? kau terbang ke kota ATLAS tanpa pamit, tentu dibarengi dengan gantinya nomor ponselmu. Berakhirlah sudah permintaan maafku hanya sebatas tenggorokan. Tidak, berkali-kali aku menuliskannya dibuku harianku. Iya,, berkali-kali.. sebuah permintaan maaf yang dalam bukan? (Hah!)

Bertemu manusia semacam kamu, tentu saja membuat sebagian pada diriku bergetar. Setiap orang akan memetik buah dari apa yang dilakukannya, dan musibah yang terjadi pada diriku tahun ini, aku yakini betul karena sikapku waktu itu padamu.

Tapi kau tahu, waktu itu kita masih muda, tak sedewasa sekarang. Yah sudahlah, sudah terjadi. Mau dibahas apanya lagi?

Tapi rinduku padamu ternyata masih lebih kalah ketimbang si minder. Karena si minder berhasil membuatku pada akhirnya memutuskan menghindarimu malam itu, ketimbang bertegur sapa, mungkin sedikit bertanya teman ini teman itu, teman yang pernah kita berdua kenal bersama, atau bertanya apa kabarmu? dan basa basi lain yang lumrah untuk orang yang merindu. Aku yang merindu maksudku, bukan kamu.

Goodnight Nobody, Hai Sepi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun