_Brantasmedia.ID- Opini_ 10/10/2020 _-ddf- ada istilah " Kebat keliwat , gancang pincang, kelberal Ketrewal," istilah didepan  adalah istilah jawa yang dimana sekarang banyak Orang jawa Generasi sekarang ini sudah banyak kehilangan nilai nilai kejawaan.
Barangkali Mungkin sudah banyak Fase perjalanan budaya dilewati sebuah generasi, sekira 100 tahun generasi  akan terulang lagi . sedangkan Budaya patrimonial, mondial , kekerabatan , kekerajaan , secara bersejarah historis saja bisa dikeriteriakan sebagai budaya adiluhung sejati, seorang Anak yang disoroh sorohkan Kepada pejabat tinggi atau kepada  Orang terhormat agar tertata ekonominya, Agar terhormat derajatnya , sudah Lumrah dijawa, sebab dengan kasta sudra yang maaf , tidak punya derajat dan Kasta barangkali Orang akan lam mendapatkan pisisi ampean atau abdi Dalem, dalam konsep kekerabatan dan kekeratonan.
Lakon Kerajaan di jawa ini masih mentradisi di desa desa, dimana Keturunan Orang terhormat dan raja raja tetap saja terhormat dan dihargai dari pada  Kasta enggak jelas dengan  kegiatan yang melelahkan seperti hanya menadi abdi atau kuli . sepagian kita berbicara Panjang lebar tentang trah tumerah turun temurun, dan langkah langkah seseorang meningkatkan kastanya adalah dengan mendekati Turunan rahja Rahja , atau Trah tertinggi atau kasta terhormat, sebab Kasta Rendah adalah Orang yang merengak meminta minta , Bukan kelas Pemberi, Kelas peminta minta ini akan selalu :nurut-nurut " tidak punya Pegangan , tidak punya ideologi,m tidak punya aturan dan pedoman baku, bahkan istilahnya adol lonthe ( lotek Kangkung dan pisang gepok) , pun dilakukan demi mempertahankan hidup. ini sejarah lonthe  atau mucikari yang lama kelamaan menjadi kasta teratas di jawa dan terhormat , karen menjadi langganan Raja raja dan kelas terhoirmat, keluarganya Pun menajdi terhorman Hanya karena anaknya menjadi ampilan ,atau cemilan raja raja Kecil.
Hal yang jamak lumrah dijawab ," jangan ditutup tutupi " atau dibuka lebar lebar arti arti sasmito Jawqa itu untuk pengajaran  Anak anak yang terlajur berlaku kasar tersebut , keadaan ini  musti diterima dari sononya( poar leech )  bahwa sistem linggo -Yoni  ( cokro manggilingan red.) , siang -malam, lanang-wadon, baik buruk, semua unsur terakomadasis ecara terpadu , banguan Budaya - Budaya yang dirancang oleh Ide cemerlang Kang sahlan ini sudah dapat dilihat warga Desa "pgendisan "  misalnya dengan dibangunnya Masjid dengan konsep mistik Jawa.
Ini juga  ide Hebat Kang SAHLAN" diakui maupun tidak, ditambah  pembangunan Padepokan Mbah ampel di  Punden "AMPEL Pagendisan ", winong, pati juga tak terlepas dari ide mistis Kang "sahlan" tinggal beberpa bagian tertentu sutu saat Akan diperbaharui , dengan sitematisasi yang panjang  Harmonis dan terpadu , sebab  banguanan Budaya dan cagar budaya yang di lestarikan juga tidak mengganggu desa , misalnya Patung  Cheleng ( maaf red) babu hutan yang sudah jadi Prasasti batu kuno di selatan masjid Pagendisan juga masih dipelihara dan dilestarikan oleh  tetua adat desa Pagendisan , kecamatan Winong , Kabupaten Pati, Jawa tengah ; Pada intinya  sebagaimana Himbauan kang " SAHLAN"  ini belalui mengajak  masyarakat kembali melek budayanya sendiri , Open mind dengan Budaya jawa .
Konsep baku  Peletarian Budaya Jawa yang dirintis Oleh  begawan antik dan klasik yaitu kang sahlan yang juga adalah Dosen pengajar di MTs satu Winong, pati , juga  Pemerhati trah tumerah serta SAKATAJI atau keris keris tinulat  itu  menekankan  kalau menghidupkan kembali khasanah Jawa adalah tanggungjawab bersama , tidak pemerintah saja , namun  tidak Boleh siapapun mengganggunya, atau menghalang halangi laju sejarah  karena keinginannya sendiri dan semena mena . semua boleh dipelihara dengan Cara yang jangkep , tidak separoh separoh, semua Opsi harus diperhatikan kelestariannya , jangan samapai ada obahe walang salisik, sehingga Harmoni tiu buyar hanya karena Konsep yang salah .
Tanya jawab kang didik dan kang sahlan yang dikemas dalam percakapan alakadarnya  itu juga ajaran kesederhanaan jawa  dibangun dengan etos budaya adiluhung yang tinggiu dan dihormati, itu Harus tanpa mencerabut akjar budaya asli setemnpat serta  ketinggalan Zama dengan reaktualisasi budaya jawa dalam  masyarakat  "JAWA Milaneal" sudah dibangun sedemikian rupa dengan Kekerabatan yang tidak Pudar , istilah kang Shlan sakataji Al-Hidayah semua sudah lengkap atau istilah Jangkep ,-
Seperti cikal bakal berdirinya kerajaan begitu juga diperjuangkan dari  turahnya trah tumerah, misalnya trah tumenggung , Trah  atau tedhaking ngawiryo,  Trah atau tumerah Raja raja dan sebuah kerajaan , akan berbeda dengan yang bukan trah raja -raja , mulai dari penarimo pada keadaan bahwa dia itu sebagai orang berbudaya dan berkelas .
Misalnya  istilah raden arya ..aryo ., itu menandakan kalau  ksatria itu berasalkan atau dilahirkan dari garwa ampean , aatu anak Lembu peteng , Bukan prameswari atau istri sejati . dalam sejarah raja raja memang  , banyak kawarah dan pengaruh kawruh kerajaan disatukan dam kosmologoi Jawa dan tak jarang mengandung missi mistik , atau tidak bisa dilogika . ( sahlan  red. ) . -ddf-  Juga menghidupkan  dan mengkoleksi Khasanah karya Mozaik seni ( KERIS) , sudah di lakukan  dan kelompok Pemerhati keris Nusantara ,  Berangkat dari keprihatinan kang sahlan dengan pola Pikir instan  generasi sekarang  semua strategi  , generasi medatang adalah langkah  terbaik jika pola pengajaran  Wilayah  lokal dengan mengajarkan  kurikulum  budaya keris dan memetik nilai nilai filosofinya  kepada Kalangan anak muda  terutama pelajar sekarang , terutama dalam hal  masuk ke Budayanya  sendiri , menjadi pemilik Rumah "kerajaan adiluhungnya Sendiri "?
Mimin temukan semakin sedikit generasi muda yang paham dan tertarik dengan keris. dan melompati proses  yang dilakukan  generasi sekarang , dimana unggah ungguih dan  andap ashor Hilang , dan  banyaknya  unsur unsur Jawa Budaya  mistis mulai Mantra dan  doa doa arwoh ruh  yang mulai luntur  ,  yang disampiakan dengan sesaji atau sajen, brokohan , Brekat sudah banyak dikupas para hali melalui buku maupun cramah, namun dalam Diskusi yang serius terkadang Ketriwal.
Ada banyak intisari yang justru terlewati dan nilai nilai Jawa itu hilang justru karena kesembronoan sang penyampai , maka itu Ki sowang sowang Kusumoi dengan Kang sahlan di edisi kedepan akan membahas istilah Klenik jawa dan fungsinya , mantra mantra dan fungsinya untuk mnebghadapi kemajuan zaman terkahir dengan ktualisasi nilai kejawaan  Yang dibawa sampi dengan  sekarang, dimana kawula muda sudah jauh meninggalkan budaya aslinya untuk menjemput masa depan yang justru suram , atau tidak Punya inti Ruhiyahnya .