Kutinggalkan ia di sana dengan angan dan mimpi-mimpinya masihkah tersisa di sana segenggam harapan yang kutitipkan padanya? entahlah... bahkan di saat yang lengang ini aku tak jua merasa nyaman aku kembali tenggelam di tengah suasana hiruk pikuk tawa, yang terus menggema, seakan 'tak mau hilang meski berulangkali aku mencoba menghalau mereka pergi, namun semakin keras aku mencoba, semakin ramai tawa mereka terdengar Aku semakin terbuai oleh senyum itu, senyum yang t'lah lama kukenal... ya, seakan-akan aku t'lah lama mengenalnya begitu damai, begitu menyejukkanku, seakan menaungiku dari panasnya lidah kemunafikan yang menjilat-jilat Biarkan aku tetap di sini setidaknya 'tuk sementara waktu demi meredam s'gala rasa yang bergejolak laksana magma gunung merapi, yang (sebentar lagi) kan membuncah keluar... (masih dari jurnal "lecek" yg sama, March 23rd 2007) ps: c u in heaven...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H