Kemudian, Yosef mengklarifikasi soal bercak darah di bajunya seperti dilansir dari YouTube Program AIMAN Kompas TV yang diunggah pada 28 September 2021. Yosef mengaku saat malam pembunuhan sedang berada di rumah istri mudanya yang jarak tempuh sekitar 20 menit. Yosef juga mengungkapkan tidak tahu persis kenapa ada bercak darah yang menempel di bajunya.
Tampaknya tersangka adalah pembunuh yang cerdas. Salah satu metode yang digunakan pembunuh untuk menipu pihak penyidik kepolisian: mengaburkan DNA mereka. Pelaku sangat paham bahwa di TKP tentunya memiliki DNA korban dan pembunuhnya. Jika seorang pembunuh bisa menyembunyikan keduanya, itu skenario yang sempurna. Penjahat yang cerdas terkadang mengenakan sarung tangan dan penutup sepatu atau mengambil tindakan pencegahan lain untuk menghindari meninggalkan DNA di TKP. Yang lain mencoba membersihkan diri mereka sendiri.
Pelaku berusaha menyembunyikan identitas korbannya, sebuah proses yang semakin rumit. Dalam kasus pembunuhan ibu anak di Subang ini, kembali ke pertanyaan diatas, tidak ada barang hilang kecuali 1 ponsel milik Amel. Kenapa hanya ponsel Amel yang hilang? Apakah karena Amel sempat memergoki aksi para pelaku dan merekamnya?
Di sisi lain, yang juga tak kalah penting, apa yang disampaikan Kriminolog UI Adrianus Meliala, setidaknya ada dua poin keanehan dan kelemahan pada Polisi yang dibaca dalam kasus pembunuhan Subang. Menurutnya, kelemahan pertama di kasus pembunuhan Subang, datang dari hasil pemeriksaan dokter forensik yang dianggap kurang tepat. Sementara kedua, dari olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) oleh Polisi yang dinilai jorok. Sebab olah TKP justru tak disterilkan. Hal ini memang diakui Adrianus kerap terjadi di sejumlah satuan wilayah bukan perkotaan. Di mana wilayah yang jarang menerima kasus besar, membuat anggotanya kurang terlatih saat peristiwa berlangsung.
Setelah hampir lima bulan berlalu. Dari rangkaian penyelidikan yang telah dilakukan, polisi hingga akhir Desember 2021 baru menemukan sketsa terduga pelaku. Dari sketsa tersebut, terduga pelaku tersebut merupakan pria berambut pendek. Gambar sketsa yang ditunjukkan merupakan foto menyamping dari belakang. Selain itu, hidung pria itu pun nampak tidak terlalu mancung. Pria itu pun menggunakan kemeja bermotif kotak-kotak berwarna gelap. Sketsa wajah itu dibuat setelah pihak kepolisian memeriksa 69 saksi yang dinilai potensial dalam kasus itu.
Enam tahun lalu, tepatnya tanggal 26 Maret 2015, mahasiswa Universitas Indonesia (UI) bernama Akseyna Ahad Dori yang berusia 19 tahun ditemukan tewas di Danau Kenanga, Kampus UI Depok, Jawa Barat.
Awalnya sempat diduga bunuh diri, mahasiswa jurusan Biologi Fakultas MIPA UI tersebut kemudian ditetapkan oleh pihak kepolisian sebagai korban pembunuhan.
Hingga saat ini, misteri kematian Akseyna setidaknya hanya diketahui satu orang: sang pelaku itu sendiri. Termasuk jauh sebelumnya, pemerkosaan Sum Kuning di awal Orde Baru, pelakunya diduga anak pejabat, kasus pembunuhan Marsinah tahun 1993, kasus pembunuhan wartawan Udin tahun 1996, dan kasus hilangnya 13 Aktivis tahun 1998.