Hari ini warga Kompasiana beramai-ramai mengunggah seluruh tulisan terbaiknya tentang pelatih Shin Tae-yong yang berhasil membawa Timnas Indonesia jadi runner-up di Piala AFF 2020 pada Minggu (2/1). Topik tersebut menjadi bentuk ucapan terima kasih warga Kompasiana pada pelatih Shin Tae-yong atas catatan prestasi yang diraih Timnas Indonesia di Piala AFF 2020. Bahkan, Topik 'STYSTAY' pun bertengger menjadi trending topic di dunia twitter. Hingga Ahad (2/12/2021) pagi, tagar STYSTAY dengan 4,638 cuitan warganet di Twitter. Selain viral di Twitter, TikTok pun ramai karena video Coach STY membungkuk kepada penonton Indonesia di Singapura. Warganet pun bangga adanya sosok STY di sepak bola Indonesia.
Para pemain dan tim pelatih Timnas Indonesia menghampiri pendukung setelah pertandingan berakhir.
Terima kasih atas perjuangannya!
Coach Shin Tae Yong pun membungkuk ke arah penonton sebagai apresiasi.
!#KitaGaruda #TimnasDay #AFFSuzukiCup2020 pic.twitter.com/koYXJfOfU5--- Badminton Talk (@BadmintonTalk) January 1, 2022
Bertempat di Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor pada Sabtu (28/12/2019) pukul 13.00 WIB. Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) yang berdiri pada 19 April 1930, sebagai organisasi tertua yang memakai nama "Indonesia", memperkenalkan Shin Tae-yong. Pria kelahiran April 1969 ini menandatangani kontrak jangka panjang berdurasi empat tahun. "Kontrak saya dengan PSSI sampai 31 Desember 2023. Jangan khawatir soal itu," ujar Shin dalam konferensi pers virtual sebelum pertandingan leg kedua final Piala AFF 2020 kontra Thailand, Jumat (31/12/2021).
Kehadiran Shin Tae-yong menggantikan Simon McMenemy yang dipecat pada 14 November 2019. Ia dijuluki Si Rubah. Julukan itu disematkan ketika Shin Tae-yong masih menjadi pemain profesional dan membela klub Korea Selatan. "Ia telah dijuluki 'rubah di lapangan' karena permainan cerdasnya sejak masa aktifnya [sebagai pemain]. Bahkan sebagai seorang manajer, ia mencapai hasil yang diinginkan dengan taktik seperti rubah yang mengeluarkan berbagai kartu untuk setiap permainan dan situasi," tulis media Korea Selatan, Sedaily, pada 2018.
Saat bermain untuk klub Seongnam, memiliki visi dan bisa membaca permainan, serta tahu saatnya harus dribbling atau passing bola. Sementara saat menjadi manajer, keahlian Shin Tae-yong membaca permainan masih terlihat. Terbukti tiap awal babak kedua, dia selalu membuat pergantian pemain.
Lain halnya dengan Jurnalis BBC, John Duerden, menyematkan Shin Tae-yong sebagai Mourinho Asia karena pola permainan yang diterapkan. Shin dicap sebagai pelatih pragmatis, seperti halnya Mourinho. Tidak peduli dengan keindahan permainan, tetapi merujuk kepada kemenangan. Seperti halnya yang terjadi dalam pertandingan Indonesia vs Vietnam pada Grup B Piala AFF 2020. Indonesia hanya bisa melakukan sepakan percobaan satu kali tanpa sepakan mengarah ke gawang. Sementara Vietnam mampu membuat 21 sepakan percobaan, tetapi hanya mampu membuat satu sepakan yang mengarah ke gawang. Namun demikian, hasil berakhir dengan imbang 0-0. Selain soal permainan di lapangan, ucapan Shin Tae-yong cukup pedas tetapi sesuai fakta seperti karakter Mourinho di depan media. Misalnya menyebut pemain Indonesia pemain mudah lelah, passing buruk, hingga kiper seperti kakek-kakek.
Dalam riwayatnya, ia memiliki karir yang indah. Setelah lulus kuliah dari Universitas Yeungnam pada 1991, Shin Tae-yong muda bermain selama 12 tahun bersama klub Seongnam Ilhwa Chunma. Ia pernah meraih gelar Pemain Muda Terbaik Liga Korea Selatan pada 1992. Dia juga menjadi pemain kunci bagi klubnya dalam menjuarai kompetisi itu selama tiga tahun beruntun pada periode 1993-1995.
Shin Tae-yong bahkan pernah membawa klubnya meraih trofi Kejuaraan Antar Klub Asia 1995, saat ini bernama Liga Champions Asia. Dia pun menyabet gelar pemain terbaik saat itu. Setelah menyumbangkan 14 trofi dan menjadi legenda di Seongnam, Tae-yong menghabiskan karirnya bersama klub Liga Australia, Queensland Roar sebelum ganting sepatu pada 2005.
Di level internastional, Shin Tae-yong juga pernah merasakan bermain di Timnas Korea Selatan. Dia pernah membawa skuad Negeri Ginseng melaju ke babak perempat final Piala Asia 1996 meskipun skuad Negeri Ginseng akhirnya pulang dengan kekalahan 2-6 dari Iran.
Usai gantung sepatu, Shin Tae-yong menimba ilmu sebagai asisten pelatih di Queensland Roar di bawah asuhan Miron Bleiberg dan Frank Farina. Tiga tahun di Negeri Kangguru, mantan klubnya memanggil. Shin Tae-yong awalnya hanya ditunjuk sebagai pelatih pengganti dan sukses membawa tim itu menempati posisi kedua Liga Korea Selatan dan Piala Korea 2009.
Setahun berselang, ia membawa klub itu menjuarai Liga Champions Asia dan Piala Korea. Dia menjadi orang pertama yang memenangkan kejuaraan itu baik sebagai pemain maupun pelatih. Dia mundur pada 2012 setelah Seongnam mendapatkan hasil buruk.
Dua tahun berselang, Shin Tae-yong ditunjuk menjadi asisten Pelatih Timnas Korea Selatan di bawah asuhan Uli Stielike. Sukses Korea mencapai final Piala Asia 2015 membuat nama Shin Tae-yong semakin berkibar. Pasalnya, meskipun berstatus sebagai asisten, ia dianggap sebagai pengatur strategi di skuad asuhan Stielike yang mencapai final kejuaraan itu untuk pertama kalinya dalam sejarah. Sayangnya Korea Selatan kalah 1-2 dari Australia pada partai puncak setelaah melalui babak tambahan. Ia juga menangani Timnas U-23 Korea Selaatn pada Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Brasil. Korea Selatan menjadi juara grup dan disingkirkan Honduras pada perempat final.
Setahun bersleang, dia juga membawa Timnas U-20 Korea Selatan yang menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Korea Selatan lolos hingga babak 16 besar namun harus tersingkir setelah dikalahkan Portugal 1-3. KFA, PSSI-nya Korea Selatan, memecat Stielike pada Juli 2017 setelah mereka mendapatkan hasil buruk di Kualifikasi Piala Dunia 2018. Shin Tae-yong yang ditunjuk sebagai penerus Stielike akhirnya mampu membawa timnya merebut satu tiket ke putaran final yang digelar di Rusia. Dia juga berhasil membawa Korea Selatan meraih gelar juara Piala Asia Timur 2017 dengan mengalahkan rival abadinya Jepang pada tahun itu.
Sayangnya, Korea Selatan tak bisa berbuat banyak di Piala Dunia 2018. Son Heung-min cs kalah 0-1 dari Swedia dan 1-2 dari Meksiko pada dua laga awal babak penyisihan grup.
Tak memiliki peluang untuk lolos ke babak berikutnya, Korea Selatan harus menghadapi Jerman yang harus menang besar untuk bersaing dengan Meksiko dan Swedia. Akan tetapi kejutan terjadi pada akhir pertandingan. Skor 0-0 selama 90 menit berubah setelah Kim Young-gwon menjebol gawang Manuel Neuer pada menit kedua waktu tambahan. Korea Selatan pun dipastikan tak pulang dengan tangan hampa setelah Son Heung-min mencetak gol kedua empat menit berselang. KFA tak memperpanjang kontrak Shin Tae-yong sehingga akhirnya dia menerima lamaran PSSI untuk menjadi pelatih Timnas Indonesia pada Desember 2019 dengan kontrak hingga 2023.
Sosok pria asal Korea Selatan ini tak hanya mahir dalam berolahraga, pria asal Gyeongbuk, Korea Selatan tampaknya juga memiliki gairah yang cukup besar dalam dunia hiburan. Ia sempat bergabung dalam Korean Show yang membahas dunia sepak bola, Shoot For Love. Berkali-kali Tae-Yong tampak menjadi sorotan dalam video blog di kanal Youtube Shoot For Love.
Fenomena Shin Tao-yong mengingatkan akan dinamika industri musik K-Pop. Menurut laman Blog Twitter, setidaknya terdapat 7,5 miliar cuitan tentang K-Pop yang diunggah pada rentang waktu 1 Juli 2020 -- 30 Juni 2021. Dalam artikel How K-Pop Conquered The Universe The Washington Post, 14 Juli 2021. Aalah satu alasan mengapa musik K-Pop begitu populer adalah genre lagu yang menarik, serta penggunaan media sosial untuk promosi yang cerdas, dan para penggemar yang berdedikasi untuk idol mereka. K-Pop selalu menarik karena lagu-lagunya yang selalu disertai tarian khas dari para artisnya, lalu dikemas dalam video yang mencolok. Musik tersebut ditampilkan optimal di media sosial, tempat di mana basis para penggemar berkumpul sehingga memberikan kehidupan tersendiri pada lagu tersebut. K-Pop sangat mengandalkan kiasan musik pop, memanfaatkan budaya internet, dan pelatihan intensif bagi para member (penyanyi), sehingga membantu menjadikan K-Pop sebagai fenomena internasional.
Walau popularitas K-Pop semakin melejit dan digandrungi oleh banyak kalangan, K-Pop memberikan ketukan bagi budaya anak muda Korea Selatan. Namun di balik senyuman dan rutinitas tarian yang sempurna adalah kisah seksisme dan pelecehan. Ada serentetan kasus bunuh diri dan skandal seks yang melibatkan bintang K-pop belakangan ini. Pada puncak ketenaran mereka, pria dan wanita ini tampaknya telah tertekuk di bawah tekanan, tidak mampu memenuhi tuntutan yang diberikan kepada mereka untuk menjadi duta yang sempurna dari musik pop yang penuh semangat.
Pada Maret 2019, beberapa bintang K-pop pria, termasuk Seungri, anggota boyband Big Bang, Choi Jong-hoon, mantan anggota FT Island, dan penyanyi-penulis lagu Jung Joon-young terlibat dalam skandal pelecehan seksual spycam. setelah Jung membagikan video wanita dalam obrolan grup. Kasus ini mengakibatkan hukuman lima dan enam tahun penjara bagi mereka. Tuduhan ini muncul terkait skandal Seungri--Burning Sun, skandal yang menimpa Seungri dari grup vokal laki-laki 'Big Bang' atas dakwaan kasus penyerangan, kekerasan seksual, peredaran narkoba, dan prostitusi terhadap para klien klub malam Burning Sun miliknya pada 2015.
Oktober 2019, Sulli , mantan anggota girl grup f(x) bunuh diri. Sebulan kemudian, Goo Hara, mantan anggota grup Kara dan teman dekat Sulli, juga bunuh diri.
Tahun 2020. sejumlah skandal kembali menimpa mereka. Mulai dari Chen yang menikah dan punya anak hingga tuduhan pelecehan seks kepada Woojin Stray Kids. Skandal lain yang jadi perbincangan fans K-Pop di 2020 adalah kasus bullying dalam grup AOA. Irene Red Velvet dituduh bersikap kasar oleh seorang stylist yang mengaku tersakiti hingga menangis karena perlakuannya. Tak lama kemudian Irene pun mengakui dirinya bersalah dan meminta maaf.
Setelah kasus Irene Red Velvet, fans juga dihebohkan dengan tuduhan Chanyeol EXO berselingkuh. Sebuah postingan di forum online yang dibuat oleh seseorang yang mengaku mantan Chanyeol EXO menuduhnya mendua dengan lebih dari 10 wanita. Skandal 97 Liners, sebutan untuk grup pertemanan di dunia K-Pop yang terdiri dari para idol kelahiran 1997. Sebagian dari mereka yakni Jungkook BTS, Cha Eun Woo Astro, Jaehyun NCT, dan Mingyu SEVENTEEN. kedapatan pergi ke beberapa tempat di daerah Itaewon saat aturan social distancing masih ketat diberlakukan. Woojin menghebohkan fans ketika tiba-tiba keluar dari grup Stray Kids. Tak lama kemudian, muncul pengakuan dari orang yang mengaku korban pelecehan seksual olehnya.
Produce 101, program survival pencari bakat itu dituduh memalsukan hasil voting. Program itu pun dilaporkan ke polisi dan terbukti curang sejak musim pertama. Karena imej bahwa mereka adalah grup hasil kecurangan, X1 yang seharusnya bertahan lima tahun diputuskan untuk bubar. Belum lagi tudingan bahwa agensi-agensi penghasil bintang K-Pop sering menyodorkan kontrak yang sifatnya mirip perbudakan karena banyak dari mereka yang dipaksa bekerja dengan waktu istirahat minim serta harus terlihat bugar dalam kondisi apapun. Lebih parahnya lagi, tidak sedikit anggota boyband dan girlband K-Pop yang kemudian dihantam problem mental akibat tekanan tinggi dalam bekerja sampai beroleh perundungan siber oleh publik.
K-Pop telah go internasional dan membawa kebanggaan bagi negara, tetapi ada program budaya gender dan norma sosial yang tidak mungkin dimenangkan. Anda harus benar-benar memasang jarum dengan cara tertentu dan sempurna, dan itulah hal tentang bintang K-Pop yang menjadi sorotan. Mereka tidak bisa benar-benar menang.
Situasi yang ada di ranah K-Pop itu tak berbeda jauh dengan sepakbola Indonesia.
Publik tanah air pasti lelah dengan prestasi PSSI yang sarat konflik kepentingan. Bahwa benar. PSSI lahir dengan muatan politik. Namun, saat itu misinya membawa spirit politik kebangsaan, bukan kepentingan individu atau golongan. Publik tanah air tentunya merindukan prestasi timnas Indonesia dan PSSI lebih serius dalam bekerja menata kelola sepakbola Indonesia yang baik dan profesional.
Baca: Jatuhnya Garuda Apakah Salah Urus atau Kutukan? Jagalah Shin Tae-yong
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI