Mohon tunggu...
Mas
Mas Mohon Tunggu... Freelancer - yesterday afternoon a writer, working for my country, a writer, a reader, all views of my writing are personal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

There is so much weariness and disappointment in travel that people have to open up – in railway trains, over a fire, on the decks of steamers, and in the palm courts of hotels on a rainy day. They have to pass the time somehow, and they can pass it only with themselves. Like the characters in Chekhov they have no reserves – you learn the most intimate secrets. You get an impression of a world peopled by eccentrics, of odd professions, almost incredible stupidities, and, to balance them, amazing endurances— Graham Greene, The Lawless Roads (1939)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Benarkah Pengaruh Media Bisa Picu Bunuh Diri?

21 Desember 2021   10:08 Diperbarui: 21 Desember 2021   10:15 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang anggota TNI bersama istrinya ditemukan tewas diduga terjatuh dari atas balkon kamar hotelnya di daerah Puncak, Bogor, Jawa Barat. Peristiwa ini diketahui pada Senin (20/12) dini hari. Berita itu dibuat dengan judul Anggota TNI & Istri Tewas di Hotel di Puncak, Diduga Terjatuh dari Balkon. Namun, media daring yang lain peristwa tersebut dibuat dengan judul  Anggota TNI-Istrinya Jatuh dari Hotel di Puncak Bogor Diduga Bunuh Diri dan Anggota TNI dan Istri Tewas Bunuh Diri, Tinggalkan 2 Balita di Hotel.  

Apa yang terjadi dengan beberapa judul pemberitaan diatas?  Wartawan umumnya tidak dianjurkan untuk melaporkan bunuh diri, dan banyak kantor berita memiliki kebijakan formal atau informal yang menentangnya. Namun, mereka membuat pengecualian, ketika tokoh terkemuka seperti selebritas atau pemimpin komunitas mengakhiri hidup mereka sendiri atau ketika serangkaian kasus bunuh diri di antara sekelompok orang tertentu. 

Pakar kesehatan mental seringkali mengkritik media terkait pemberitaan bunuh diri yang gagal memberikan perhatian yang memadai pada masalah kesehatan mental secara lebih luas. Praktik pemberitaan bunuh diri seperti ini berbahaya bagi kesehatan jiwa pembacanya. Menurut Stack, S. (2003). Media coverage as a risk factor in suicide. Journal of Epidemiology and Community Health, 57 (4), 238–240, pemberitaan bunuh diri yang tidak sehat ini dapat memicu pemikiran bunuh diri dan bunuh diri tiruan pada kelompok rentan berusia remaja. Fenomena ini disebut sebagai efek Werther. 

Efek Werther diambil dari fenomena bunuh diri setelah membaca buku karya Johann Wolfgang Goethe berjudul Die Leiden des Jungen Werthers. Buku ini diterbitkan pada 1774 dan kemudian menginspirasi ribuan pemuda di Eropa untuk bunuh diri seperti yang dilakukan tokoh Werther dalam buku tersebut.

Studi penelitian di seluruh dunia telah menemukan bahwa jenis praktik pemberitaan tertentu dapat meningkatkan kemungkinan seseorang akan melakukan bunuh diri, yang merupakan penyebab kematian nomor dua secara global di antara individu berusia 15 hingga 29 tahun pada tahun 2012. 

Oleh karena itu, sejumlah organisasi telah meluncurkan kampanye informasi yang bertujuan mendorong jurnalis untuk lebih berhati-hati dengan detail yang mereka rilis dan cara mereka menyajikan berita tentang bunuh diri. Salah satunya, lembaga yang dilakukan The American Foundation for Suicide Prevention.  WHO dalam kajiannya yang berjudul Preventing SuicideA Resource for Media Professionals telah mengembangkan pedoman yang harus diperhatikan jurnalis dalam membuat berita tentang bunuh diri. Pedoman ini menjadi standar strategi pencegahan bunuh diri. Biasanya media daring, satu kasus bunuh diri ditulis berkali-kali dengan berbagai sudut pandang. Dalam pedoman dimaksud, tidak menempatkan pemberitaan bunuh diri sebagai headline. Yang menjadi masalah: dalam beberapa kasus, pemberitaan bunuh diri justru menjadi trending. Oleh karena, pemberitaan bunuh diri di media bisa berpengaruh pada media itu sendiri. Pemberitaan harus memberikan edukasi tentang di mana orang bisa mencari bantuan konseling bagi orang yang punya tendensi bunuh diri atau depresi. Situs reportingonsuicide.org juga dapat dijadikan acuan untuk pedoman pemberitaan bunuh diri. Keduanya memberikan tips mengenai apa saja yang perlu dan tidak perlu dimasukkan dalam pemberitaan bunuh diri. Berikut adalah hasil-hasil penelitian yang menyelidiki dampak media terhadap bunuh diri. Jurnalis yang menulis tentang topik semacam itu di Amerika Serikat dapat memperoleh berbagai data dan statistik dari Centers for Disease Control and Prevention.

Terakhir, dalam esainya tahun 1952 "The Myth of Sisyphus", novelis dan filsuf Prancis Albert Camus menulis tentang kesulitan manusia modern dan menggambarkannya sebagai "pahlawan yang absurd". Manusia dikutuk – seperti Sisyphus dalam mitos Yunani Kuno – ke dalam kehidupan yang sia-sia tanpa makna. Dia harus mendorong batu yang berat ke atas bukit, hanya untuk menggelinding kembali ke bawah lagi setelah mencapai puncak. Pekerjaan ini berlanjut--naik turun, naik turun--selamanya.  Itu membuat orang bertanya-tanya mengapa manusia ini tidak memilih untuk mengakhiri penderitaannya? Bagaimana kehidupan yang begitu menyiksa dapat bertahan? 

Camus berpikir bahwa manusia memiliki jiwa yang mulia, bagaimanapun, seseorang harus memiliki jiwa kebangsawanan untuk berjuang melawan absurditas keberadaan. Penulis percaya bahwa hidup, tidak peduli seberapa buruk, yang terpenting dapat dijalani dengan sepenuh "hati". 

Sulit membayangkan apa yang menyebabkan seseorang melakukan bunuh diri. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun