Pemimpin, pada hakikatnya adalah seseorang yang memikul amanah yang diberikan oleh rakyat untuk memberikan kemaslahatan berupa kesejahteraan rakyat. Untuk menjalankan amanah tersebut, tentunya dibutuhkan kapasitas kemampuan, konsentrasi, tenaga, pikiran dan waktu bekerja. Selain mengemban amanah, pemimpin (baca : suami) juga punya tanggungjawab terhadap keluarga yang harus dipenuhi antara lain: perhatian, nafkah lahir-batin, biaya sekolah, dan sebagainya.
Dalam hal waktu & perhatian, kita coba andaikan secara sederhana kondisi keluarga kecil dengan 1 istri dan 2 anak, maka perhitungan waktu dan perhatian yang dicurahkan untuk memberikan perhatian kepada 3 orang tersebut sekitar 5-6 jam (digunakan untuk: berkomunikasi dengan istri & anak, menemani anak belajar, membicarakan & menyelesaikan masalah di rumah, membicarakan masa depan anak, menjaga moral anak dan sebagainya). Tentu hitungan ini akan membengkak manakali kita mendapati seorang suami yang memiliki banyak istri dan banyak anak. Bisa dibayangkan seandainya pemimpin tersebut poligami dan memiliki 4 istri dengan masing-masing istrinya memiliki 5 anak.
Selain waktu dan perhatian, juga memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk sebuah keluarga kecil (4 orang). Biaya hidup pejabat memang relatif, untuk biaya beli rumah di kota besar mulai 500jt-10 M. Kebutuhan makan, liburan, pembantu rumah tangga, per bulan bisa 10-25 juta. Biaya pendidikan 1 anak dr TK - S3 bisa mencapai 50-100 Juta. Biaya pakaian, sepatu, alat-alat kecantikan, perhiasan per orang bisa 10-25 Juta. Biaya transportasi jika 1 anggota keluarga 1 mobil 300 juta sampai 1 M per mobil. Mereka yang pernah berkeluarga pasti memahami besarnya biaya sebuah keluarga. Bisa dibayangkan jika pemimpin (pejabat) punya istri 2 ,3, pasti pengeluaran keluarga akan membengkak.
Jika kita mengacu kepada hal di atas Seorang pejabat yang punya istri lebih dari satu, 2, 3, atau 4 orang,Dengan jumlah anak 5 s/d 10 orang pasti akan menimbulkan banyak masalah dengan asumsi semua biaya keuangan ditanggung oleh pejabat dan ia hanya mengandalkan keuangan dari jabatannya saja, di antaranya adalah:
Dampaknya yang pertama adalah korupsi konsentrasi kerja yang berakibat penurunan kualitas kerja. Akibatnya pekerjaannya sebagai pejabat publik banyak yang tidak terselesaikan, atau bahkan banyak kesalahan pada bidang pekerjaan yang ditanganinya. Hal ini akan berdampak pada kerugian bagi rakyat di aspek sosial maupun ekonomi yang menjadi tanggungjawab pejabat tersebut. Kasus anggota DPR periode sebelumnya yang gagal memenuhi target selesainya UU dalam Prolegnas bisa kita analisis sebab-sebabnya. Kegagalan menyelesaikan RUU Narkotika misalnya, korbannya adalah jutaan anak bangsa yang menjadi korban penyalagunaan narkoba.
Dalam kehidupan keluarga, pemimpin yang berpoligami berpotensi besar meningkatkan stress dan dapat menimbulkan konflik dalam keluarga. Mengapa demikian? Karena tidak mudah untuk mempertemukan pemikiran dari masing-masing anggota keluarga. Keluarga dengan 1 istri dan 2 anak saja sudah kompleks persoalannya mulai dari pendidikan, kesehatan, moral, sampai transportasi. Apalagi mempertemukan kepentingan dan kepribadian dari 4 istri dan 20 anak dalam sebuah keluarga, bisa dibayangkan betapa banyak masalah dan tingkat stress yang dialami pemimpin tersebut.Sehingga bisa dipastikan pemimpin yang berpoligami dan memiliki banyak anak dan istri lebih memiliki tingkat stres yang tinggi. Pemimpin tersebut pasti kesulitan bekerja dengan profesional dan kinerja yang berkualitas.Jika mereka pejabat KPK, pasti tidak ada satu orang korupsi yang ditangkapnya, karena pikirannya senantiasa diisi oleh problematika keluarga. Otomatis tindak pidana korupsi akkan merajalela di instansi pemerintahan. Mereka seharusnya yang memikul dosa koruptor dan akibat akibat yang ditimbulkan baik mengenai kesehatan, moralitas, tanah longsor, jembatan runtuh, kemiskinan dan lain sebagainya.
Dampak yang kedua adalah “Korupsi Waktu” untuk kepentingan Keluarganya. Perhitungannya jika dalam satu keluarga dengan 1 istri dan 2 anak butuh waktu perhatian 5-6 jam, maka pemimpin dengan 2 sampai 4 istri apalagi punya 10 sampai 20 anak akan habis waktunya untuk mengurus keluarganya. Pasti pemimpin tersebut tidak punya banyak waktu untuk melaksanakan kewajibannya memberikan perhatian kepada keluarga dengan 2 sampai 4 istri tersebut, kecuali dengan cara korupsi waktu kerja. Realitasnya banyak ditemui para pejabat korupsi waktu demi keluarganya dengan berbagai alasan (Misalnya: Pejabat yang menambah jatah cuti kerja dengan alasan keluarga).
Akibatnya akan menimbulkan kerugian bagi publik dan instansi pemerintahan yang menjadi tanggungjawabnya, diantaranya (1) Tidak berjalannya sistem kerja, (2) tidak harmonisnya kelompok kerja, bahkan bisa menimbulkan konflik internal, karena sebagian SDM-nya berontak karena sering dicuri waktunya untuk keluarga. (3) Amanah untuk bidang kerjanya tidak selesai dan menimbulkan kerugian bagi rakyat yang membayarnya dengan uang pajak.
Pada akhirnya kesimpulan yang bisa kita ambil adalah bahwa pemimpin yang berpoligami membawa kerugian pada rakyat. Karena akan mengakibatkan kehilangan konsentrasi dalam bekerja, pencurian waktu kerja bahkan berpotensi untuk melakukan tindakan korupsi. Demikian catatan kami, semoga menjadi inspirasi untuk menentukan pilihan pemimpin yang berintegritas, untuk memimpin kita sampai 5 tahun yang akan datang.
#TolakPartaiPoligami
By @KicauPemilu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H