Badar mempengaruhi teman-teman yang lain untuk menghina dengan menyebarkan berita tentang Jack yang tidak mau disunat.
Hati Jack meradang, luka yang ditimbulkan dari sebuah penghinaan menganga. Badar yang diharap menjadi teman kala suka dan duka, justru menari di atas lara Jack.
Namun kembali tangan Ibu meraihnya dalam dekapan.
"Jack takut, Bu," lirih suara Jack.
"Seperti digigit semut, Jack! Tidak akan terasa sakit." Ibu mempererat pelukannya. Ada kehangatan mengalir ke tubuh Jack, menggeleparkan ikan-ikan yang tadi ingin mematuk nyalinya.
Benarkah yang dikatakan ibu? Kalau hanya semut yang menggigit mengapa harus takut?
"Jack anak ibu, anak pemberani!" Jack berkata pada hatinya.
Dia lepas sapu tangan merah yang mengikat rambut, menyeka sudut mata yang berkabut. "Saatnya menuntut balas!"
"Jack! Mau ke mana?" Ibunya berteriak.
Jack terus berlari, tak peduli terik mentari memanggang tubuhnya. "Ke rumah H. Kholil, Bu!" Jack membalas teriakan ibunya.
Jack tahu sesepuh kampung itu sering menggelar acara untuk warga. Perayaan tahun baru Islam dengan menggelar sunat bersama. Jack yakin tentang keputusannya kali ini.
Jack bukan hanya pemberani tapi juga cerdik. Kali ini dia datang bukan atas namanya saja, tapi beberapa nama teman yang belum disunat.