Ia tenang memasuki padang. Mayat-mayat tumpang tindih dan membujur lintang.Ia berjalan diantara mayat yang terserak.
Akime, nama gadis itu.
Paras bundar menyorot padang sejauh mata memandang.
Rasa gentar telah mendapat malu saat menyapanya.
"Sedikit perhiasan yang dapat aku renggut dari prajurit nahas ini," ia bergumam.
Ia berteman senja. Ia adalah penerang ketika bulan hanyut dalam perang. Ia benci jika disebut pencuri.
Dan ia adalah Akime, dewi penyelamat Takezo. Ia tidak merasa bersalah saat memotong lengan jasad yang membusuk. Ia adalah kebenaran. Â Akime memenggal kepala mayat seorang jenderal agar dapat mengambil kalung emas yang masih melingkari leher.
"Kau akan segera membusuk, Jenderal! Kalung ini terlalu indah untuk menemani belulang," Akime tersenyum lebar.
Ia tidak mengenal Oshin atau Ajinomoto. Dan ia bukan tetangga Perum Pegadaian.
Ia adalah Akime, putri perempuan Oku.
http://tansaheling.com/2019/06/19/liris-kebenaran-seorang-akime/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H