Mohon tunggu...
RIZKI AZKIA
RIZKI AZKIA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sosiologi UMM

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Perselingkuhan Pemicu Pertengkaran Dalam Rumah Tangga

28 Juli 2022   10:05 Diperbarui: 29 Juli 2022   00:20 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perselingkuhan Pemicu Pertengkaran Dalam Rumah Tangga

Pernikahan merupakan sebuah ikatan antara dua orang lawan jenis yang biasa disebut suami dan istri dengan membentuk keluarga atau rumah tangga. Pada umumnya pernikahan dilakukan karena adanya rasa cinta dan sayang di antara pasangan. Tujuan utama menikah yakni untuk membina sebuah keluarga atau membangun rumah tangga yang bahagia, saling mencintai, setia dan berusaha untuk saling melengkapi dalam kekurangan yang ada diantara keduanya.

Impian semua pasangan memiliki rumah tangga yang harmonis. Rumah tangga yang harmonis akan membawa kebahagiaan tersendiri. Hidup akan terasa nyaman, damai, penuh cinta, kasih,sayang dan kebahagiaan. Keluarga Sebagai lembaga sosialisasi pertama, yang mana dalamnya terdapat interaksi antara anggota keluarga sehingga ada kesempatan dan tercipta keharmonisan dalam keluarga. Banyak orang yang mendamba-dambakan keluarga yang harmonis namun banyak juga dari mereka yang menjadi pemicu disharmonisasi dalam rumah tangga. Rumah tangga yang kurang harmonis umumnya lebih rentan untuk terjadi perpisahan atau perceraian.

Tidak ada pasangan yang menginginkan sebuah perceraian mereka lebih cenderung menghindari perceraian. Namun perceraian juga menjadi pilihan terbaik bagi pasangan yang sedang dalam masalah yang rumit dan susah untuk diselesaikan. Konflik ini biasanya tidak bisa ditolerir lagi. Mengambil langkah perceraian merupakan hal yang terbaik bagi pasangan untuk memulai kehidupan baru dari pada mereka hidup bersama namun tidak ada kecocokan lagi antara keduanya. Sosiologi melihat perceraian bukan hanya sebagai konflik, ditinjau melalui teori fungsional perceraian bersifat fungsional dengan adanya perceraian masalah antara pasangan akan dapat diatasi.

Pasangan suami istri tidak selalu dalam keadaan yang bahagia. Ada saatnya pasangan akan menghadapi suatu konflik baik konflik yang dipengaruhi dari internal maupun eksternal. Banyak penyebab yang membuat kurangnya keharmonisan atau disharmoni dalam berumah tangga, salah satu penyebabnya yakni kurang menjaga komitmen pernikahan. Jika salah satu dari pasangan sudah mulai mengabaikan komitmen pernikahan maka akan muncul banyak permasalahan atau konflik.

Perselingkuhan menjadi faktor yang sering dijumpai dalam rumah tangga zaman sekarang. Adanya orang ketiga atau adanya perselingkuhan dalam hubungan  dapat menciptakan konflik. Dimana hal ini memicu terjadinya pertengkaran yang terjadi secara terus menerus akibat dari perselingkuhan. Menurut laporan statistik Indonesia, kasus perceraian di tanah air pada tahun 2021 mencapai 447.743, yang mana 279.205 kasus merupakan perceraian yang diakibatkan dari pertengkaran yang terjadi secara terus menerus. Pasangan yang merasa dikhianati akan mencari kebenaran karena tindak kecurangan dari pasangannya. Korban akan merasa tidak terima terhadap perlakuan pasangannya yang tidak sesuai dengan komitmen di awal pernikahan.

Bagi sebagian masyarakat perselingkuhan merupakan hal yang sukar untuk ditolerir karena menurut mereka perselingkuhan merupakan kesalahan besar dalam sebuah rumah tangga. Perselingkuhan mengakibatkan hancurnya kepercayaan pada pasangan yang sudah dibangun sejak awal menikah bahkan sebelum menikah korban sudah membangun kepercayaan itu terlebih dahulu sebelum menikahi pasangannya. Hancurnya kepercayaan membuat hubungan dengan pasangan kian melemah dan berbagai konflik dapat timbul dalam situasi seperti ini.

Perselingkuhan mengakibatkan trauma bagi korban sehingga seringkali korban mudah curiga dan sulit untuk membangun kepercayaan kembali terhadap pasangan. Korban akan dihantui oleh rasa curiga terhadap gerak-gerik pasangannya. Rasa curiga ini lah yang membuat pertengkaran terus terjadi di dalam rumah tangga. Tak sedikit korban dari perselingkuhan ini memilih untuk berpisah dengan pasangannya. Namun ada juga korban yang lebih memilih untuk memaafkan pasangannya karena ada beberapa pertimbangan seperti anak dan keluarga.

Sebaiknya korban dari kasus perselingkuhan, sebelum mengambil tindakan atau mengambil keputusan harus memikirkan keputusan tersebut secara matang. Jangan sampai salah mengambil langkah, dan sebaiknya saat mengambil keputusan tidak dalam kondisi emosi karena biasanya orang yang sedang dalam keadaan emosi hanya memikirkan diri sendiri dan sulit untuk diberi nasehat. Menghadirkan kerabat atau orang tua dalam menangani masalah juga merupakan upaya dalam mempertahankan rumah tangga dan sebagai penengah diantara pasangan. Jika berpisah merupakan jalan yang terbaik maka jangan sampai anak yang menjadi korban dari pertengkaran antara suami dan istri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun