Mohon tunggu...
Kian Siong
Kian Siong Mohon Tunggu... Ilmuwan - Ilmuwan

Ilmuwan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Air Galon Higienis Tanpa Menguras Kantong - Tanpa Listrik, Sebulan Balik Modal

2 September 2024   20:02 Diperbarui: 2 September 2024   20:05 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Air Galon Higienis Tanpa Menguras Dalam Kantong -- Tanpa Listrik Dan Sebulan Balik Modal.

Selama 14 tahun tinggal di suatu perumahan Jakarta Timur, saya tidak pernah pusing dengan air minum dan mencuci sayur untuk dimakan mentah. Semuanya terpenuhi dengan air reverse osmosis (RO) atau terminology umumnya adalah proses demineralisasi atau desalinasi jika air laut sebagai air bakunya. Air RO secara teori adalah air murni hasil proses reverse osmosis dengan bantuan membrane semi-permeable yang hanya melewatkan molekul H2O. Tidak ada mineral atau garam dari ion ion seperti natrium, kalium, magnesium, kalsium, karbonat  klorida dsb. Jika ion pun ngak lewat, apalagi seukuran bakteri, virus dan pathogen lainnya. Jadi untuk kebersihan, air RO sangat lah higienis. Lah berarti tidak ada mineralnya dong? tenang, nanti dijelaskan di bawah bagaimana kita mendapatkan mineral.

Gambar 1. adalah perbandingan TSD (total dissolved solid -- garam garam) air RO (36 ppm), air PDAM (141 ppm) dan air "mineral" L*M (139 ppm). Semakin tinggi TDS semakin banyak garam terlarut, semakin rendah TDS semakin murni air nya.

Jadi gimana cara membuat air RO, ya harus beli mesin RO. Satu set ada yang kurang dari satu juta ada yang lebih, tergantung kapasitas. Biasanya di toko online sudah dirakit semua. Prinsip nya gimana sih? Menggunakan tekanan lewat pompa booster untuk memaksa air lewat membrane semi -permeable, terus air yang sisa kemana, itulah yang disebut air reject atau brine reject (jika yang diproses adalah air laut). Teknologi RO semakin hari sudah semakin murah, tidak heran banyak negara yang menggunakan desalinasi untuk  kebutuhan nya.  

Balik lagi ke mesin RO, rangkaian system penyaringan dan tekanan menghasilkan air non-mineral. Untuk mengkompensasi ini, air RO dilewatkan ke tabung mineral yang sering dinamakan post-treatment. Untuk menghasilkan air RO perlu tekanan dari pompa yang dialiri listrik dan air reject apa bisa dipakai?. Kebetulan kalau saya, air reject nya dimasukin kembali ke toren/tandon air bawah dan bak mandi. Tapi 5 tahun lalu, saat mati Listrik, saya juga menemukan air RO tetap mengalir. Hmmm, jadi menarik nih, akhirnya bikin percobaan kecil.

Gambar 2. Keran dan Aliran Air RO Tanpa Listrik (Foto Sendiri)
Gambar 2. Keran dan Aliran Air RO Tanpa Listrik (Foto Sendiri)
Pada Gambar 2. menunjukan aliran air RO tanpa listrik, tekanan dari air PDAM

Percobaan nya menggunakan 1) satu tabung saringan lumpur 10 inchi (saringan nya bisa pilih, 1, 5 atau 10 micron) tergantung sumber air PDAM, jika bersih pakai yang 10 micron, 2) satu tabung dan membrane RO 100 GPD (378 liter per hari) dan flow restrictor (mengatur kemurnian air, di gambar uk.800 mL/min). Total habis sekitar Rp.250-300 ribu plus selang2 RO dan Rp.75 ribu untuk keran cabang. Setelah dirakit, 30 menit selesai, hasil rakitan sebetulnya adalah versi sederhana dari mesin RO. Percobaan dimulai, fungsi pompa digantikan oleh tekanan air PDAM, air reject tetap dialirkan ke tandon air bawah dan bak mandi. Ternyata dengan system sederhana dan tekanan PDAM yang tidak bisa mencapai lantai dua rumah (max 6m) dapat memproduksi air RO, sehari bisa dapat dua gallon (ukuran gallon Le.Mxx) dengan TANPA LISTRIK. Lumayan kan, dengan investasi kecil, bisa membuat 2 gallon. Air nya bersih, siap minum, air reject nya digunakan sama seperti air PDAM untuk mandi, cuci dsb. Satu bulan, investasi sudah balik modal. Kemudian biaya perawatan, ganti saringan lumpur Rp 5 ribu per 3 bulan (tergantung kebersihan air PDAM), ganti membrane RO Rp. 100 rb per 6 bulan. Jadi kalau hitungan sederhana (2x15 ribu (harga per gallon) x 30 hari) x 6 bulan dikurang 110rb buat ganti membran dan saringan, ya kira2 hemat Rp 5 jutaan, setahun 10 juta kalau air gallon nya 15 ribu. Kalau air gallon lebih mahal tinggal hitung saja, pantas saja Tabungan rumah tangga menengah bisa tergerus oleh air gallon.

Gambar 3. Rangkaian Sederhana Membuat Air RO dengan Tekanan Air PDAM (Foto Sendiri)
Gambar 3. Rangkaian Sederhana Membuat Air RO dengan Tekanan Air PDAM (Foto Sendiri)

Pada Gambar 3. menggambarkan Rangkaian System Pembuatan Air RO dengan Tekanan dari Air PDAM (ukuran Cartridge/tabung 10 inch, Membrane 100 GPD, Flow Restrictor 800 mL/min)

Bagaimana dengan air RO yang tidak atau minim mineral? 1. Keluaran air RO bisa masuk tabung mineral (ngak mahal), 2. Air RO dipakai sebagai air minum layaknya air gallon. Jika ada yang bertanya loh kaga ada mineral nya. Sebetulnya selama ini kita salah kaprah dengan "air mineral", pemerintah saja menamakan nya air minum dalam kemasan (AMDK). Loh kok bisa, itulah marketing, biar laku dibilang air mineral. Misalnya, merek yang digunakan sebagai gallon dalam percobaan ini, dibilang air mineral dengan konsentrasi kalsium (kapur) kurang dari 10 miligram per liter (mg/L). Sedangkan kebutuhan kalsium menurut WHO atau National Institute Health 1000 -- 1300 miligram per hari. Pertanyaan nya, apa ada orang yang sanggup minum 100 liter air sehari?. Loh, jadi kalsium untuk tubuh dari mana? Jawaban adalah dari makanan seperti tahu, ikan, tempe, telor (50mg/telur sama dengan harus minum 5 liter air gallon). Intinya dengan makanan empat sehat lima sempurna (tentunya susu adalah sumber kalsium terbaik), sudah terlampaui kebutuhan kalsium per hari. Jangan takut kekurangan mineral karena air minum, negara Jepang air nya minim mineral, hidup orang disana panjang  dan sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun