Mohon tunggu...
Ki Ali
Ki Ali Mohon Tunggu... wiraswasta -

percayalah, jangan terlalu percaya. apalagi kepada saya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cerita Silat dan Kisah Kependekaran Saya (Jilid 2)

18 November 2010   10:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:30 4429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

melanjutkan tulisan sebelumnya [cerita silat dan kisah kependekaran saya (jilid1)] berikut adalah pengalaman lain yang masih berhubungan dengan kegemaran yang mengasikkan itu.

setelah berpuluh tahun lamanya membacai cerita silat karya pengarang-pengarang terkenal, dengan banyak pengalaman dan pengetahuan tentang gambaran dunia persilatan di dalamnya, saya seringkali membayangkan ilmu silat macam apakah yang paling sakti? tentulah sulit untuk membandingkan kesaktian seorang tokoh persilatan dari satu cerita dengan tokoh persilatan dari cerita yang lain, meskipun diciptakan oleh pengarang yang sama. melalui diskusi di suatu forum milis Yahoo Groups misalnya, pernah dibandingkan antara Bu Pun Su Lu Kwan Cu dengan Bu Kek Siansu Kwa Sin Liong. kedua tokoh ini mempunyai ilmu silat yang sangat tinggi hingga mencapai tingkatan mampu mengetahui kemana arah pergerakan lawan sebelum lawan bergerak sepenuhnya, hanya dengan melihat posisi awal sebelum tangan atau kaki lawan bergerak. kemampuan ini menjadikan keduanya mampu dengan segera untuk menirukan ilmu silat lawannya dengan kesempurnaan yang jauh lebih baik. sebagian mengidolakan Bu Pun Su dan sebagian lebih menghormati Bu Kek Siansu. sementara di cerita lainnya yang berjudulDarah Pendekar dan kelanjutannya yang diteruskan oleh Sriwidjono (!) dalam judul Pendekar Penyebar Maut dan Pendekar Pedang Pelangi terdapat tokoh Souw Thian Hai yang, meskipun ilmunya sangat tinggi dan merajai dunia persilatan, ternyata hanya menguasai sepertujuh bagian dari ilmu silat yang bersumber dari Pulau Pelangi. sungguh kedahsyatan yang luar biasa. dalam pembayangan pun tetaplah sulit untuk “mengadu” kesaktian tokoh-tokoh ciptaan itu.

“mempertarungkan” tokoh-tokoh yang diciptakan oleh pengarang yang berbeda tentulah lebih sulit lagi. siapa lebih sakti: Cia Keng Hong dalam serial Pedang Kayu Harum karya Kho Ping Hoo, ataukah Oey Yok Su dalam Biruang Salju karya (terjemahan) SD Liong? Bagus Sajiwo dalam serial Pecut Sakti Bajrakirana karya Kho Ping Hoo ataukah Mahesa Jenar dalam Naga Sasra Sabuk Inten karya SH Mintarja? bahkan “mempertemukan” Bagus Seta tokoh persilatan Jawa dalam Sepasang Garuda Putih dengan pendekar wanita China Yap In Hong dalam Dewi Maut, keduanya karya Kho Ping Hoo, tetaplah sulit untuk mengira siapa yang lebih unggul. adalah karakter dan jalan cerita yang unik dan khas yang menjadikan masing-masing tokohnya tak dapat diperbandingkan satu sama lain. dan pada akhirnya membaca cerita silat bukanlah berhubungan dengan ketinggian ilmu silat semata-mata, tetapi lebih sebagai membaca kisah dunia persilatan lengkap dengan peristiwa-peristiwa sezamannya sebagai latar belakang sekaligus bumbu-bumbu penyedap cita rasa pembacaannya.

dengan membaca cerita silat berarti juga mengikuti perjalanan si tokoh utama dalam mempelajari ilmunya. dengan begini pembaca mendapat kesempatan untuk mengerti mengapa suatu ilmu silat dapat ditundukkan dengan ilmu silat lainnya. kisah bagaimana Chinmi mempelajari gerakan rumpunan pohon bambu dalam usahanya mengalahkan jurus tongkatnya Reiki adalah contoh yang sangat baik. terdapat penjelasan oleh pengarangnya bagaimana sebuah jurus dilahirkan dan bagaimana cara melatihnya. apakah ini dapat dipraktekkan begitu saja oleh siapapun yang ingin mencobanya? tentu saja semuanya kembali kepada si peminat ilmu silat, karena dalam cerita silat diandaikan semua orang berkesempatan untu belajar. adapun peluang mencapai keberhasilan adalah tentang bagaimana proses ketekunan yang dilakukan dan bakat yang dipunyai. cerita silat lebih bersifat memberi inspirasi.

lalu apakah seorang yang keranjingan cerita silat adalah peminat ilmu silat dalam arti yang sebenarnya? tidak selalu. beberapa teman yang juga menggemari cerita silat tidaklah juga ikut belajar ilmu beladiri. saya sedikit berbeda. sejak kecil seringkali bermain perang-perangan, bermain berkelahi dengan menirukan gerakan-gerakan adegan perkelahian dalam ketoprak televisi. ketika beranjak remaja dan akibat bacaan cerita silat saya tertarik untuk ikut belajar ilmu beladiri dan bergabung dengan perguruan silat bangau putih aliran shaolin di purwokerto, yang semula berlatih di vihara budhadipa kemudian pindah ke kelenteng belakang pasar wage. saya tidak sampai setahun bergabung karena pergi mengembara ke surabaya dan ketika kembali ke purwokerto perguruan ini telah berubah menjadi perkumpulan wushu dan berlatih di gedung cundomanik. lalu, apakah saya menguasai ilmu beladiri?

menguasai beladiri tidaklah sesederhana menghapal gerak pukulan dan tendangan. kalau cuma itu tentulah siapapun mampu melakukannya. dan saya termasuk yang tidak beruntung untuk menguasai ilmu silat, sesederhana apapun, karena merasa terlalu berat untuk serius melatihnya. memasang kuda-kuda dan bertahan pada posisi itu berpuluh menit tanpa diperkenankan bergerak, dengan dua kerikil di atas bahu yang tidak boleh jatuh. berlari-lari dengan sigap tanpa boleh terdengar suara kaki menapak lantai. membentur-benturkan lengan dan kaki kepada batangan pipa plastik yang berisi pasir untuk menguatkan tulang. sungguh berat untuk dilatih bagi yang tak memiliki ketekunan besar seperti saya. tapi saya menikmatinya. melihat para suheng dan suci bergerak dalam ngo-heng-kun, pat-kwa-kun, lo-han-kun, tarian dewa-dewi, atau ketika suhu yang dari cilacap memperagakan jurus "sepasang naga mengacau lautan": mantap dan penuh tenaga dan indah dilihat namun disertai penjelasan bahwa gerakan ini mampu mematahkan tulang rusuk lawan. demikianlah, meskipun saya keranjingan cerita silat, saya tidaklah mampu untuk menguasai ilmu silat dasar seperti yang saya ceritakan di atas.

saya tidak berhenti. pengembaraan di surabaya memperkenalkan pada situs-situs internet yang menyediakan bacaan-bacaan cerita silat yang dapat dengan gratis saya download atau sekedar copy-paste. cerita silat yang pernah terlihat di televisi misalnya, saya cari dan ambil di internet. Pendekar Hina Kelana, Pendekar Ulat Sutera,  juga Memanah Burung Rajawali (serial Golok Pembunuh Naga). Naga Sasra Sabuk Inten pun saya dapatkan. banyak lagi.

selain cerita silat dalam bentuk teks (hardcopy maupun softcopy) saya juga masih membacai komik silat: Legenda Naga. hanya karena terbitnya yang tidak teratur jarak waktunya saya tidak mengikutinya secara urut dan teratur. saya kira komik ini bagus, tetapi tidak banyak kesempatan bagi saya untuk menikmatinya.

perjalanan membacai cerita silat yang saya alami memang sedikit banyak mengganggu aktifitas pendidikan saya, meskipun memang tidaklah benar-benar mengganggu. saya masih bisa menempuh pendidikan sesuai tepat waktu dan tak harus mengulang. tetapi cerita silat karya Kho Ping Hoo memberi saya lebih banyak selain dari sekedar kisah dunia persilatan itu sendiri. perjumpaan saya dengan bacaan cerita silat terbaru Nagabumi karya Seno Gumira Ajidarma memberi saya pemahaman lain tentang dunia persilatan dan dunia keseharian seperti yang disejarahkan. sesungguhnya Nagabumi-nya Seno Gumira Ajidarma itulah yang menginspirasi saya untuk membuat tulisan ini. saya akan ceritakan nanti di jilid (3).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun