Mohon tunggu...
Ki Ali
Ki Ali Mohon Tunggu... wiraswasta -

percayalah, jangan terlalu percaya. apalagi kepada saya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mus Mulyadi dan Waljinah

11 Oktober 2011   04:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:06 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tuan yang sudah terlanjur tua mungkin sekali memang mengenalnya, sangat. Suaranya yang aduhai selalu mempesona siapa saja yang mendengarnya, sengaja tak sengaja. Mus Mulyadi, barangkali adalah satu dari sedikit sekali penyanyi yang mampu membuat orang berhenti sejenak dan bergegas untuk mendengarkan suara tembangnya.

Sejak masa kanaksaya sudah terbiasa dengan irama keroncong dan tentu saja Mus Mulyadi. Adalah bapak ibu saya yang memang suka membeli kaset-kaset keroncong. Setiap sore sebuah tape recorder kecilmodel jaman semana yang kami punya selalu saja tampak mengagumkan: tegak di atas lemari pendek, suaranya cemengkling nyaris tanpa suara bass-nya. Keroncongnya Mus Mulyadi pada waktu itu adalah juga menjadi penyebab ketika entah kapan kemudian kami serumah menyadari: tidak tahu juga siapa yang telah meminjam kaset-kaset keroncong itu, dan memilih lupa untuk mengembalikannya.

Musik keroncong memang lembut, membuai siapa saja yang merelakan diri untuk mendengarkannya. Iramanya yang tak pernah tergesa-gesa itu sangatlah jauh dari kesan riuh dan apalagi gaduh. Dipadu dengan suara emas Mus Mulyadi, musik keroncong menjadi pilihan yang pas untuk menunjukkan pada dunia bahwa setiap orang punya hak untuk tidak selalu berkeinginan atas nama apa saja. Keroncong mengajak dan nampaknya memang mampu untuk meringankan segala apa yang telah dikerkah oleh manusia sebagai beban beratnya. Sejenak, meski sejenak. Tetapi yang sejenak itu cukuplah untuk sekedar menghela napas mengumpulkan ingat bahwa di dunia ini ada banyak kegembiraan dan salah satunya adalah keroncong.

Tentu saja tak hanya keroncong, tak hanya Mus Mulyadi. Ada juga langgam jawa, juga Waljinah, perempuan yang suaranya membuat hati tak berkedip. Memasuki dentingan dawai-dawai siter Waljinah seakan memperilakan pendengarnya untuk sejenak istirahat dan jika perlu: tidurlah dulu. Ya!, irama langgam jawa memang mudah sekali mendatangkan kantuk tetapi, bagi saya, itulah kehebatannya. Ia mampu mengajak saya menepi, mampir sejenak meneguk rasa lupa sepuas-puasnya. Album Lorobronto dari Waljinah adalah pilihan tepat untuk menghindar dari dunia.

Tuan yang sudah terlanjur tua mungkin sekali memang mengenalnya, sangat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun