Engkaukah bunga itu yang  mekar segar di bawah rindangnya pohon dan merekah memberi kesejukan siapa pun yang melihatnya walau sekejap saja.
Dengan senyummu kau sapa mereka yang hanya membalas dengan lirikan belaka.
Engkaukah bunga itu yang tak lelah menari bersama desiran angin lembut yang selalu datang dengan ceria walau mendung selalu mengikutinya.
Tanpa rasa kecewa engkau tetap menari dan bernyanyi walau burung dan kupu tak mendengar lembut merdunya suaramu yang berpadu dengan desiran ranting kering yang enggan jatuh.
Engkaukah bunga itu yang selalu berkilau memanggil kupu untuk datang menikmati jamuan putik madumu yang menetes dari bibir mungil yang tak henti tersungging walau hanya laba-laba yang datang untuk menjerat kupu?
Tak ada raut duka walau satu kelopak bajumu mulai layu terkulai menanti jatuh merebah di atas tanah basah dalam keabadian semesta.
Entah badai atau derasnya hujan dalam dekapan dingin suasana kau tetap merekah ceria walau hanya ulat yang datang merajah menjamah keelokanmu.Â
Tak ada berita duka walau kau rasa semua membiarkanmu dalam kesedihan tak terkira.
Tak ada berita sukacita walau seekor kupu pengembara datang sekedar bertamu menikmati sari madu hidanganmu.Â