Siapa sangka, Korea Selatan memiliki senjata rahasia dalam mempersiapkan warga negaranya menjadi pemimpin masa depan? Jawabannya terletak pada sistem pendidikan politik yang diterapkan di negeri ginseng ini.Â
Indonesia vs Korea Selatan: Kontras dalam Kurikulum Pendidikan Politik
Kurikulum pendidikan politik di Indonesia masih didominasi materi teoritis dan doktriner. Siswa hanya diajarkan pengetahuan dasar tentang sistem politik, struktur pemerintahan, serta hak dan kewajiban warga negara. Porsi praktik partisipasi politik masih sangat terbatas.
Berbeda dengan Indonesia, Korea Selatan memiliki pendekatan yang jauh lebih komprehensif. Selain mata pelajaran Studi Sosial, terdapat juga mata kuliah khusus Studi Pemerintahan dan Studi Hukum. Isi materinya pun tidak sekadar pengenalan, melainkan mendorong partisipasi aktif peserta didik.
Peserta didik di Korea Selatan dilatih untuk berpikir kritis dan terampil berpolitik melalui simulasi pemilihan umum, diskusi isu aktual, hingga proyek pembuatan kebijakan publik. Ini adalah formula jitu untuk menghasilkan generasi politikus handal.
Pengajaran Pendidikan Politik: Ceramah vs Kolaboratif
Saat Indonesia masih mengandalkan metode ceramah dan hapalan, Korea Selatan justru lebih menekankan pada pembelajaran kolaboratif, diskusi intensif, dan pemecahan masalah. Guru di Korea Selatan juga diberikan keleluasaan mengembangkan metode pengajaran sesuai kebutuhan.
Perbedaan pendekatan ini berdampak signifikan pada profil lulusan. Siswa Indonesia umumnya memiliki pemahaman teoritis yang baik, namun kurang terampil dalam berpartisipasi politik. Sebaliknya, lulusan Korea Selatan cenderung lebih memiliki keterampilan berpolitik praktis.
Belajar dari Senjata Rahasia Korea Selatan
Melihat keberhasilan Korea Selatan dalam mendidik warga negaranya menjadi pemimpin masa depan, Indonesia perlu segera melakukan perubahan dalam sistem pendidikan politik.