Mohon tunggu...
Khussy
Khussy Mohon Tunggu... pegawai negeri -

tidak ada yang kebetulan di dunia ini. semuanya terjadi dan tertulis dalam skenario-Nya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kupu-kupu Rapuh

1 Oktober 2010   09:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:48 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_275438" align="aligncenter" width="300" caption="gambar diunduh dari belligerentdesign-asyncritus.blogspot.com"][/caption]

Terbang ku melayang membawa debu, Hinggap di kuntum bunga tak bermadu, Duri-duri menusuk asaku, Mengoyak sayap inginku. Perlahan... Kukepakkan lagi sayap rapuhku, Menantang angin berirama sendu Hingga..... Ku terhempas.... Bersama puing-puing bimbangku. Kucoba, Bangkitkan hasratku. Tertatih, Kutiti batu-batu terjal. Kugapai.... Akar-akar kehidupan Hingga kuberdiri... Tanpa sayap lagi. Kucoba Menatap indahnya pagi, Ditingkahi sang mentari bernyanyi Mengiringi pepohonan berdansa lamborgini Yang entah kapan kan berhenti. -Medio Mei 2003- *coretan tangan ini pernah saya unggah di blog pribadi saya*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun