[caption id="attachment_72194" align="alignnone" width="620" caption="dokumen kompas.com, saya tidak mendapatkan foto saat makan malam, tapi ini saja sekiranya mewakili "][/caption] Obama datang untuk makan malam. Disambut bejibun orang yang merasa “bangga” akan kedatangannya.
Saya hanya ingin sedikit saja menengok acara itu. Barusan, sambil makan malam, saya menyaksikan metro tv. Di situ terdapat liputan dari dalam ruangan diselenggarakannya acara makan malam. Hampir semua yang hadir menggunakan Setelan Jas. ahaiii.... kenapa tidak pakai Batik saja?
Batik adalah milik negeri ini. Yang dengan susah payah telah dimintakan pengakuan dari Unesco sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober, 2009.
Sedangkan Jas (menurut Wikipedia) berasal dai kata Jas (bahasa Belanda: jas) adalah pakaian resmi model Eropa, berlengan panjang dan dipakai di luar kemeja. Setelan jas (bahasa Inggris: suit) atau hanya disebut setelan sedikitnya terdiri dari sebuah jas dan sebuah celana panjang yang dibuat dari kain yang yang sama. Berdasarkan jumlah baris kancing di bagian depan, jas terdiri dari jas kancing sebaris (single breasted) dan jas kancing dua baris (double breasted).
[caption id="attachment_72193" align="alignleft" width="180" caption="Nelson Mandela (diunduh dari balithesun.com)"]
hmmmm..... saya jadi ingat Presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela, yang dengan bangga memakai batik buatan Indonesia tercinta ini. Seperti yang tercantum di Wikipedia, beliau memakainya juga dalam acara-acara resmi.
Kapan kita benar-benar bisa mulai mencintai identitas bangsa kita Indonesia ini?
Saya sesaat bangkit dari tempat duduk saya, melihat isi lemari, semua blouse yang saya punya bermotif batik dan saya bangga memakainya. Karena Saya Mencintai Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H