Mohon tunggu...
Khussy
Khussy Mohon Tunggu... pegawai negeri -

tidak ada yang kebetulan di dunia ini. semuanya terjadi dan tertulis dalam skenario-Nya.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Penjual Bensin Eceran Jadi Kambing Hitam

30 November 2012   02:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:27 1597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_226729" align="aligncenter" width="400" caption="Ilustrasi/Admin (KOMPAS.com)"][/caption] Berawal dari motor saya yang kehabisan bensin, saya harus mendorong hampir 1 kilometer untuk mencari penjual bensin eceran. Banyak penjual bensin eceran yang tutup karena takut kena razia. Sejauh kurang lebih 1 km itu sebenarnya ada 3 penjual bensin eceran, tapi semuanya tinggal tempat jualannya saja. Tidak ada satu botol pun di sana. Bisa dibayangkan bagaimana mendorong motor di kota Balikpapan jam setengah dua belas siang. Akhirnya saya bisa bernafas lega karena ada satu penjual dengan satu botol bensin di lapaknya. Di kala si ibu penjual menuangkan bensin ke tangki motor saya, saya menanyakan apakah benar bensinnya memang tinggal satu botol? Si ibu mengangguk. Dia mengeluh kenapa penjual eceran seperti dia jadi kambing hitam langkanya bensin? Kalaupun dia beli banyak di Pom Bensin, tapi dia bukan pengepul. Kalau dia pengepul masak dia susah-susah menjual eceran. Untung dari bensin yang dijualnya sekitar 500-1.500 rupiah sebotolnya. Jika botolnya penuh dia jual 6 ribu rupiah, jika agak di bawah leher botol dijualnya 5 ribu. Uang seribu lima ratus rupiah di Kota Balikpapan ini bisa dibilang kecil. Bukan meremehkan uang, tetapi biaya hidup di kota ini tinggi. Jadi untuk sekali makan saja, dia harus menjual setidaknya sepuluh botol bensin. Jika, berjualan bensin eceran dilarang, maka bisa dipastikan dia harus memutar otak untuk mengepulkan asap di dapurnya. Padahal banyak orang yang menggantungkan hidupnya dari sini. Walau mereka ada juga yang membuka warung sambil berjualan bensin eceran. Bagi pengendara motor seperti saya, penjual bensin eceran sangat saya butuhkan. Mengapa? Jarak pom bensin satu dengan lainnya berjauhan. Kontur tanah di Balikpapan naik turun seperti gunung. Bisa dibayangkan jika saya kehabisan bensin di Gunung Pasir. Pompa Bensin terdekat ada di Gunung Malang. Sekitar 2-3 km. Capek deh.... Tetapi bisa jadi memang hal ini diberlakukan agar kepadatan kendaraan di jalan raya Kota Balikpapan berkurang. Tetapi mungkin bisa dicari solusi lainnya. Jangan salahkan pedagang bensin eceran. Kalau ada yang menimbun pasti itu yang bermodal besar dan ga mungkin dia mau berpanas-panas ria di bawah terik matahari demi perut yang minta diisi.

30112012

#Semoga ada jalan terbaik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun