[caption id="attachment_226729" align="aligncenter" width="400" caption="Ilustrasi/Admin (KOMPAS.com)"][/caption] Berawal dari motor saya yang kehabisan bensin, saya harus mendorong hampir 1 kilometer untuk mencari penjual bensin eceran. Banyak penjual bensin eceran yang tutup karena takut kena razia. Sejauh kurang lebih 1 km itu sebenarnya ada 3 penjual bensin eceran, tapi semuanya tinggal tempat jualannya saja. Tidak ada satu botol pun di sana. Bisa dibayangkan bagaimana mendorong motor di kota Balikpapan jam setengah dua belas siang. Akhirnya saya bisa bernafas lega karena ada satu penjual dengan satu botol bensin di lapaknya. Di kala si ibu penjual menuangkan bensin ke tangki motor saya, saya menanyakan apakah benar bensinnya memang tinggal satu botol? Si ibu mengangguk. Dia mengeluh kenapa penjual eceran seperti dia jadi kambing hitam langkanya bensin? Kalaupun dia beli banyak di Pom Bensin, tapi dia bukan pengepul. Kalau dia pengepul masak dia susah-susah menjual eceran. Untung dari bensin yang dijualnya sekitar 500-1.500 rupiah sebotolnya. Jika botolnya penuh dia jual 6 ribu rupiah, jika agak di bawah leher botol dijualnya 5 ribu. Uang seribu lima ratus rupiah di Kota Balikpapan ini bisa dibilang kecil. Bukan meremehkan uang, tetapi biaya hidup di kota ini tinggi. Jadi untuk sekali makan saja, dia harus menjual setidaknya sepuluh botol bensin. Jika, berjualan bensin eceran dilarang, maka bisa dipastikan dia harus memutar otak untuk mengepulkan asap di dapurnya. Padahal banyak orang yang menggantungkan hidupnya dari sini. Walau mereka ada juga yang membuka warung sambil berjualan bensin eceran. Bagi pengendara motor seperti saya, penjual bensin eceran sangat saya butuhkan. Mengapa? Jarak pom bensin satu dengan lainnya berjauhan. Kontur tanah di Balikpapan naik turun seperti gunung. Bisa dibayangkan jika saya kehabisan bensin di Gunung Pasir. Pompa Bensin terdekat ada di Gunung Malang. Sekitar 2-3 km. Capek deh.... Tetapi bisa jadi memang hal ini diberlakukan agar kepadatan kendaraan di jalan raya Kota Balikpapan berkurang. Tetapi mungkin bisa dicari solusi lainnya. Jangan salahkan pedagang bensin eceran. Kalau ada yang menimbun pasti itu yang bermodal besar dan ga mungkin dia mau berpanas-panas ria di bawah terik matahari demi perut yang minta diisi.
30112012
#Semoga ada jalan terbaik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H