Setelah semalam ikut-ikutan emosi atas postingan seseorang yang menghujat karya para kompasianer yang rencananya akan diterbitkan dalam buku keroyokan, sekarang saya mulai bisa berfikir sedikit jernih. Walau sebenarnya saat ini sangat letih setelah melakukan perjalanan Napak Tilas dari Ngunut-Parang-Magetan dan tidak berniat menulis ini. Tapi dorongan hati sudah tidak bisa menanti. SAMPAH. Seseorang akan sangat marah jika dicap sebagai sampah. Ataupun akan sangat marah jika karya dan hasil kerjanya tidak dihargai, sekecil dan sejelek apapun itu. Tetapi sampah akan sangat bernilai tinggi jika diperlakukan dengan benar. [caption id="attachment_284209" align="aligncenter" width="227" caption="Butterfly Daisies by G. Dishaw diunduh dari http://diimaazazza.blogspot.com/2010/04/junk-art-sampah-pun-dapat-dijadikan.html"][/caption] Terbukti, sampah organik bisa dijadikan kompos. Kompos sangat berguna untuk mengembalikan kesuburan tanah. Jika tanah menjadi subur, otomatis tanaman/hasil bumi menjadi bagus dan semakin melimpah. Sehat juga dikonsumsi, karena tidak mengandung kimiawi. Selain itu hasil bumi yang menggunakan kompos, harganya menjadi lebih mahal kan? Otomatis bernilai. Sedangkan sampah anorganik jika diolah secara tepat dapat menjadi benda ekonomis dan benda seni yang sangat tinggi nilainya. Nah sekarang, kita ambil sisi positifnya saja. Biarlah orang lain menganggap kita sampah, ataupun menganggap hasil kerja keras kita sebagai sampah. Tapi sekali lagi jangan salah, suatu saat nanti sampah ini akan menjadi sangat berarti. Salam. *memejamkan mata dan menikmati hidup malam ini. tidur. gud n8 all*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H