[caption id="attachment_354367" align="aligncenter" width="630" caption="koin-koin jepretan khussy"][/caption]
Pingin beli baju, bisa. Pingin beli handphone, bisa. Pingin beli motor, bisa. Pingin beli rumah, bisa. Pingin apa saja bisa, siapa sih yang tidak mau? Tapi apapun itu pasti UUD alias Ujung-Ujungnya Duit. Hehehe…
Pernahkan kita merasakan menginginkan sesuatu tetapi uang di kantong, di tabungan tidak mencukupi. Aduh sedihnya. Apalagi itu barang yang memang sudah lama kita perlukan. Mau tidak mau kita harus memutar otak, langkah terakhir kalau tidak gesek kartu kredit adalah pergi ke bank mengajukan kredit guna pemenuhan kebutuhan kita itu.
Tahukah kita, bahwa dengan hal-hal kecil dari rumah tangga kita akan pemenuhan kebutuhan hidup kita ini bisa berpengaruh yang sangat hebat terhadap stabilitas sistem keuangan Negara kita? Lho kok bisa?
Begini cerita sederhananya.
Saat kebutuhan hidup semakin tinggi, pasti kita akan memutar otak bagaimana memenuhi kebutuhan hidup kita ini. Mulai dari mencari penghasilan lain di luar gaji –bagi pegawai- atau meningkatkan keuntungan bagi wiraswasta atau usahawan.
Menabung
Saat penghasilan kita bertambah ataupun keuntungan usaha meningkat, tidak ada salahnya kita menabung. Setidaknya simpanlah 10 perseratus dari penghasilan kita untuk hal-hal yang tidak terduga. Kalau bisa sih lebih dari 10 perseratus. Bisa berbentuk tabungan ataupun dalam bentuk emas. Jika berbentuk tabungan, usahakan tidak hanya menyimpannya dalam satu bank saja. Tidak ada salahnya menabung di beberapa bank. Mengapa? Jika terjadi sesuatu pada satu bank, semisal ada penarikan besar-besaran oleh nasabah, kita tidak terkena dampaknya. Jika kita punya tabungan, untuk pemenuhan kebutuhan hidup tidak perlu pusing karena dana sudah tersedia.
Cinta produk Indonesia
Kebutuhan hidup bermacam-macam. Mulai dari kebutuhan primer hingga kebutuhan akan barang mewah. Kita seharusnya punya prioritas. Usahakan untuk membeli barang produksi negeri sendiri, negeri kita tercinta Indonesia. Dengan membeli produk negeri sendiri, uang akan berputar di negeri sendiri. Dampaknya besar lho. Dengan berbelanja produk negeri sendiri maka perekonomian negeri ini akan semakin sehat semakin kuat. Kok bisa? Ya iya lah, produk negeri sendiri otomatis bahan baku dari dalam negeri, tenaga kerja dari negeri sendiri, pemasaran dari negeri sendiri, keuntungan yang didapat juga berputar di negeri sendiri. Uang yang ada tidak lari ke Negara lain.
Don’t spend more than you earn!
Tidak bisa dipungkiri, apalagi untuk PNS seperti saya, terkadang kita harus berurusan dengan bank untuk pemenuhan kebutuhan kita. Kita harus jeli, teliti dan penuh perhitungan. Jangan segan bertanya dari satu bank ke bank lain. Bagaimana suku bunga, syarat pelunasan dan sistem angsuran serta asuransinya. Serta pastikan anda membaca dokumen yang anda tanda tangani dengan teliti. Karena saya pernah jadi korban atas kelengahan sendiri saat manut saja tanda tangan dan punya fikiran baik bahwa bank tidak akan curang. Hiks… Jangan memaksakan diri jika tidak mampu. Hutang itu bukan aib kok. Tetapi jangan sampai kita bermain-main dengan bank, sekali kita masuk dalam daftar hitam BI – bisa cek lewat ID History – kita akan kesulitan dalam pengajuan kredit. Untuk menghindarinya bagaimana? Jangan berhutang melebihi kemampuan bayar kita.
Sebelum memutuskan mengajukan kredit, hitung dulu penghasilan kita, pengeluaran rutin per bulan kita, berapa yang harus kita tabung untuk cadangan biaya tidak terduga. Sisanya itulah yang bisa kita jaminkan sebagai angsuran per bulan kebada bank. Jangan karena mengejar kebutuhan hidup kita memanipulasi penghasilan. Nanti sakitnya tuh di sini –nunjuk kepala-, di sini –nunjuk kantong- dan di sini –nunjuk dada-. Kalau kita sampai terlambat membayar angsuran kita akan dapat label dari bank, mulai dari angka 2 sampai angka 5. Jika sudah dapat angka 5, berarti alamat kantong kita sudah tidak stabil.
Tidak hanya kantong yang tidak stabil, bisa-bisa rumah tangga ikutan tidak stabil dan tau tidak itu berpengaruh lho kepada stabilitas sistem keuangan Negara kita. Kok bisa? Ya iyalah, kalau Cuma satu orang yang kreditnya macet tidak pengaruh kalau ribuan bahkan jutaan orang dengan kredit macet, maka sistem keuangan tidak stabil, perputaran roda ekonomi terganggu. Kok bisa? Bagaimana tidak terganggu, orang sudah tidak punya duit, untuk bayar hutang saja tidak mampu masak mau belanja lagi? Iya kan?
Nah, maka dari itu, mari kita mulai dari hal-hal kecil dari diri kita. Hal yang kecil bisa membawa perubahan besar kok bagi negeri ini. Apa itu? Don’t spend more than you earn for stabilitas sistem keuangan yang lebih baik. Jangan besar pasak daripada tiang. Ojo kegedhen empyak kurang cagak.
#15112014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H