Mohon tunggu...
Khusnun Nisak Assalami
Khusnun Nisak Assalami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sosiologi

Follow the flow and enjoy the process

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penerapan Teori Konflik Lewis Coser dalam Kehidupan Masyarakat

13 Oktober 2022   08:43 Diperbarui: 13 Oktober 2022   08:48 3635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehadiran parbrik tahu dan tempe di tengah perkampungan Tejokusuman menjadi hal yang tidak asing lagi bagi masyarakat sekitar. Pembuatan tahu dan tempe dilakukan setiap hari dimana pada awalnya limbah cair dibuang langsung ke sungai. 

Sedangkan cerobong asap terlalu pendek sehingga menyebabkan asap tidak naik ke atas. Hal tersebut menjadi perdebatan masyarakat sekitar pabrik karena asap dan cairan limbah menimbulkan bau tidak sedap. 

Pertentangan tersebut menimbulkan perbedaan respon masyarakat sekitar. Sebagian masyarakat menganggap masalah ini perlu diatasi, sebagian menganggap masalah ini sebagai hal biasa. 

Kemudian masyarakat dan pemilik pabrik bersama perangkat desa meminta solusi pada pemerintah setempat untuk mengatasi permasalahan tersebut. 

Tidak lama pemerintah dengan membawa Program Kali Bersih (PROKASIH) membuat tempat penampungan dan pengolahan limbah cair menjadi biogas. Sedangkan cerobong asap yang mulanya pendek menjadi tinggi. Peristiwa ini merupakan contoh teori konflik Lewis Coser. Karena konflik tersebut menyebabkan munculnya integrasi pada masyarakat yang mengalami disintegrasi.

Saya mengenal teori konflik Lewis Coser dari buku Rekonstruksi Teori Sosial Modern. Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa menurut Lewis Coser konflik tidak selalu bermakna negatif. 

Namun sebaliknya, suatu konflik dapat memperkuat integrasi kelompok masyarakat yang mengalami disintegrasi. Coser memandang konflik dari sisi fungsionallisme, sehingga konflik akan mempersatukan struktur sosial masyarakat. Suatu konflik dapat memperkuat norma dan hubungan kekuasaan antar kelompok.  Sehingga ketika konflik terjadi antara satu kelompok dengan kelompok lain, maka konflik tersebut akan mempertahankan dan memperkuat identitas suatu kelompok supaya tidak melebur ke dalam dunia sosial lainnya. 

Berdasarkan sumber bacaan yang telah saya baca, saya memahami bahwa di samping sisi negatif, konflik menjadi pemersatu sistem sosial yang ada dalam masyarakat. 

Disini konflik menjadi alat untuk menjaga keseimbangan struktur masyarakat. Konflik sosial justru bermakna positif,  karena disini konflik dapat memperkuat persatuan kelompok masyarakat yang mengalami perpecahan. Seperti halnya pada kasus pabrik tahu, dimana konflik tersebut menjadikan kedua belah pihak menemukan ide yang lebih baik untuk menyelesaikan masalah secara baik. 

Pada kasus tersebut masyarakat dan pemilik pabrik tahu mencoba mengatasi masalah pembuangan limbah yang dianggap mengganggu masyarakat agar tidak menyebabkan pencemaran lingkungan. Mereka menyelesaikan permasalahan secara kekeluargaan. 

Sehingga konflik tersebut menyebabkan rasa kekeluargaan mereka menjadi erat dan menimbulkan rasa saling bersatu. Persatuan kedua belah pihak yang berselisih tersebut kemudian memicu timbulnya rasa solidaritas dan kekompakan yang kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun