Indonesia merupakan negara yang kaya akan beragam budaya, namun karakter budaya semakin hari semakin terkikis, misal pada pengetahuan alat musik tradisional sebagai lokal wisdom kini asing dikalangan generasi zaman sekarang. Dengan mengintegrasikan alat musik tradisional, sains dapat membantu melestarikan budaya lokal sebagai karakter bangsa. Bunyi alat musik adalah salah satu gejala yang menarik untuk dikaji secara sains. Mengingat dapat menanamkan nilai dan perspektif sebagai generasi bangsa modern serta mempertahankan budaya.
Pendidikan dan pengembangan musik lokal memiliki potensi besar untuk menyediakan sumber daya manusia. dimana pendidikan dengan pendekatan ethnosains dapat mengoptimalkan pembelajaran kontekstual yang terintegrasi. ontologis, epistemologis, dan aksiologis adalah tiga komponen pendukung pengetahuan yang didasarkan pada kearifan lokal, menurut Meliono (2011).
Konsep etnosains merupakan bagian dari mempelajari budaya lokal. Pendekatan etnosains membantu siswa memahami bahwa ilmu sains tidak lagi dipandang sebagai suatu budaya asing yang harus mereka pelajari. Sebaliknya, pendekatan ini membantu siswa memahami bahwa ilmu sains adalah bagian dari budaya dan kearifan lokal yang ada dan sudah dikenal siswa dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya adalah alat musik Cetik Lampung.
Gamolan Pekhing, juga dikenal sebagai Cetik, adalah alat musik tradisional Provinsi Lampung yang diperkirakan sudah ada sejak zaman Hindu. Alat musik ini merupakan representasi dari masyarakat agraris. Untuk menjaga eksistensinya, alat musik Cetik Lampung harus dilestarikan.
Alat musik ini, yang disebut cetik atau gamolan pekhing, mirip dengan gamelan di Pulau Jawa. Alat musik ini terbuat dari bilah bambu dan diikat dengan senar. Ada tujuh bilah bambu dengan susunan nada do-re-mi-sol-la-si-do yang dipukul dengan pemukul kayu.
Karena bunyi "tik" yang dihasilkannya instrumen perkusi ini sering disebut sebagai cetik. kaitannya dengan pola permainan, penggunaan nilai nada 1/8 dan 1/16 membantu memperkuat karakter bunyi yang dibuat. Sesuai dengan tujuan utamanya, yaitu sebagai instrumen ritmis dan melodis, sehingga digunakan dalam sebuah komposisi.
Penggunaan nilai not 1/8 dan 1/16 merupakan sebuah tanda bahwa untuk menghasilkan momentum berupa bunyi, diperlukan momentum yang berulang atau karakter bunyi dihasilkan dari konsep repetisi (pengulangan). Nilai ketukan yang kecil mempengaruhi seberapa cepat atau lambat durasi, sehingga ritme dan teknik permainan juga melibatkan pola interlocking untuk memberikan kesan bunyi yang dinamis.
 Bunyi Cetik, yang dianggap sebagai gelombang akustik atau gelombang bunyi, adalah fenomena fisika yang melibatkan perambatan gelombang bunyi. Gelombang bunyi dapat menjalar di media padat, cair, atau gas. Partikel bahan di media ini berosilasi dalam arah gelombang itu sendiri (Resnick dan Haliday, 1995: 657). Gelombang seperti ini disebut "gelombang longitudinal", yang berarti bahwa arah rambatnya sejajar dengan arah getarnya.
Bermain cetik dalam pembelajaran dapat membuat siswa berpikir realistis mengenai konsep materi gelombang bunyi yang dapat menghasilkan peristiwa resonans dan perpaduan atau interferens. Tergantung pada tiga besaran yang berhubungan, frekuensi, periode, dan amplitude, interferensi gelombang dapat saling memperkuat atau memperlemah. Interferensi antara dua sumber bunyi dengan perbedaan frekuensi yang sangat kecil menyebabkan peristiwa pelayangan, yang berarti berubah-ubahnya kenyaringan bunyi secara berkala (Sutrisno, 1984: 19).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa telinga manusia dapat merasakan paling banyak 15 pelayangan perdetik, tetapi lebih dari itu, telinga manusia tidak dapat merasakannya. Dengan kata lain, suara pelayangan cetik hanya dapat dinikmati oleh telinga manusia jika frekuensinya kurang dari atau sama dengan 15 pelayangan perdetik. Pada saat bermain cetik juga dapat memahami beberapa istilah pada materi gelombang bunyi dimana terdapat dua parameter, besaran pokok, yaitu periode (T) dan amplitude (A) serta dua besaran turunan yaitu frekuensi (f) dan cepat rambat (v).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H