Mohon tunggu...
Khusnul Khotimah
Khusnul Khotimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Sriwijaya, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi : Pendidikan Masyarakat

Hobby : Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kasus KDRT yang Dialami Seorang Cut Intan Nabila di Bogor: Mengurai Opini Dampak terhadap Psikologis Anak dan Fungsi Keluarga

29 September 2024   16:17 Diperbarui: 29 September 2024   16:27 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bangkapos.com -Tribunnews.com

Kasus KDRT Sebanyak Lebih Dari 5 Kali Yang Dialami Seorang Selebgram dan Mantan Atlet Anggar Cut Intan Nabila di Bogor: Mengurai Opini Dampak Terhadap Psikologis Anak dan Fungsi Keluarga Dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri AnakKisah pilu di Bogor, Selasa (13/8/2024), korban Cut Intan Nabila membagikan rekaman CCTV tindak kekerasan suami yang dilakukan tepat di depan anaknya yang masih bayi. Intan mengaku, selama lima tahun berumah tangga, suaminya beberapa kali melakukan tindak penganiayaan terhadap dirinya.

Pertengkaran serta kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di depan anak akan berdampak buruk pada kondisi otak dan mental buah hati. Dampak negatif bertengkar di depan anak dapat membuat bayi sudah dapat merasakan stres, serta mendengar dan melihat orang tuanya bertengkar. Kondisi tersebut tentu dapat berdampak negatif terhadap perkembangan otak dan mental anak.

Bayi yang sering terpapar konflik keluarga menunjukkan respons stres yang lebih tinggi. Termasuk peningkatan aktivitas di bagian otak yang terkait dengan pengelolaan emosi dan stres. Saat terpapar stres, tubuh umumnya akan merespons dengan tanda-tanda seperti jantung berdebar-debar, mual, sakit perut, atau gejala lainnya. Bayi dari rumah tangga dengan konflik tinggi memperlihatkan peningkatan aktivitas pada bagian otak yang mengelola emosi dan stres, terutama ketika mendengar suara marah-marah.

Selain itu anak sulung dari cut intan nabila juga mengalami dampak karena sudah bisa melihat dan memahami apa yang terjadi pada kedua orang tuanya. Anak tersebut menjadi takut untuk bertemu laki-laki. Selain itu dampak psikologis yang dirasakan juga seperti stres dan trauma karena melihat langsung ayahnya yang melakukan kekerasan terhadap ibu dan adiknya. Hal ini akan berpengaruh ke jangka panjang pada psikologis anak termasuk peningkatan resiko gangguan mental dan perilaku agresif di masa depan.

Adapun fungsi keluarga dalam Meningkatkan kepercayaan diri anak melalui pengasuhan yang hangat, sensitif, dan responsif agar dapat melindungi bayi-bayi juga dari efek negatif lingkungan yang penuh stres emosional. Penanganan anak-anak korban KDRT perlu berjalan cepat hendaknya dilakukan melalui upaya: penanganan yang cepat, termasuk pengobatan dan/atau rehabilitasi secara fisik, psikis, dan sosial, serta pencegahan penyakit dan gangguan kesehatan lainnya.

Selain itu pendampingan psikososial pada saat pengobatan sampai pemulihan dan intervensi yang tepat serta dukungan yang konsisten sangat penting untuk membantu anak sembuh dan merasa aman. Sehingga, dalam kasus ini akan dilakukan pengawasan yang sangat cermat, karena tidak hanya satu anak yang menjadi korban, tapi ada tiga orang anak. Oleh karena itu, penting bagi pihak keluarga dan pemerintah untuk memberikan dukungan sosial psikologis yang memadai. Ini termasuk membantu anak-anak untuk mengatasi truama yang mereka alami.

Adapun keluarga memiliki tujuh fungsi utama, yaitu biologis, edukatif, religius, protektif, sosialisasi, rekreatif, dan ekonomis. Keluarga harus memenuhi peran pencegahan kekerasan dan memberikan pola asuh yang kondusif untuk menghindari dampak negatif dari KDRT. Pola asuh otoriter dapat meningkatkan risiko kekerasan, sedangkan pola asuh yang kondusif dapat membantu anak meningkatkan percaya diri dan menghindari gangguan psikis.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun