Mpox, yang sebelumnya disebut cacar monyet adalah penyakit langka yang mirip dengan cacar yang disebabkan monkeypox virus (MPXV), anggota genus orthopoxvirus dalam keluarga poxviridae. Mpox pertama kali ditemukan tahun 1958 di Denmark ketika ada dua kasus seperti cacar pada koloni kera yang dipelihara untuk penelitian. Sedangkan, untuk mpox pada manusia sendiri ditemukan di republik Kongo pada tahun 1970. Mpox dapat menyebabkan berbagai tanda dan gejala.Gejala mpox biasanya demam, sakit kepala hebat, nyeri otot, sakit punggung, lemas, pembengkakan kelenjar getah bening (di leher, ketiak atau selangkangan) dan ruam atau lesi kulit. Ruam biasanya dimulai dalam satu sampai tiga hari sejak demam. Ruam atau lesi pada kulit ini berkembang mulai dari bintik merah seperti cacar, lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, kemudian mengeras atau keropeng lalu rontok. Gejala biasanya berlangsung antara 2-4 minggu dan biasanya sembuh sendiri. Namun pada beberapa individu, dapat menyebabkan komplikasi medis dan kematian.
    Sejak Mei 2022, mpox menjadi penyakit yang menarik perhatian kesehatan masyarakat global, karena kasus meningkat cepat yang dilaporkan dari negara non endemis. Jumlah kasus setiap minggu yang dilaporkan semakin meningkat secara drastis. Hingga pada tanggal 25 Juli 2022, WHO (World Health Organization) akhirnya menyatakan status wabah dan gawat darurat bidang kesehatan yang memerlukan perhatian internasional. Dengan peningkatan kasus penyakit mpox di era society 5.0 saat ini. Maka, diperlukan kolaborasi inovasi teknologi kesehatan dalam mengambil peran untuk mengurangi penyebaran penyakit mpox. Walupun memang pada dasarnya penyakit mpox belum terdapat penanganan yang signifikan, namun setidaknya bisa dimulai dengan meningkatkan pencegahan penyakit mpox menggunakan inovasi teknologi kesehatan di era society 5.0 saat ini.
    Salah satu inovasi yang menjanjikan adalah penggunaan aplikasi mobile dan sistem pemantauan kesehatan berbasis AI. Telemedicine merupakan bagian integral dari inovasi kesehatan di era society 5.0. Dengan adanya layanan kesehatan jarak jauh, pasien yang mengalami gejala mpox dapat berkonsultasi dengan dokter tanpa harus mengunjungi rumah sakit, sehingga mengurangi risiko penularan. Dokter dapat melakukan diagnosis awal dan memberikan rekomendasi pengobatan secara virtual, memastikan akses layanan kesehatan tetap terjaga. Melalui platform telemedicine, penyedia layanan kesehatan dapat menyebarkan informasi yang akurat mengenai mpox, termasuk gejala, cara penularan, dan langkah-langkah pencegahan. Sesi edukasi online dapat diadakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, sehingga mereka lebih siap untuk mengenali gejala dan mengambil tindakan preventif. Melalui platform telemedicine, penyedia layanan dapat mengatur jadwal vaksinasi dan memberikan informasi tentang tempat-tempat vaksinasi terdekat. Hal ini membantu masyarakat untuk lebih mudah mengakses vaksinasi, yang merupakan langkah kunci dalam pencegahan penyakit menular seperti mpox.
    Inovasi telemedicine menawarkan berbagai solusi efektif untuk pencegahan penyakit mpox. Dengan memberikan akses yang lebih mudah, edukasi yang lebih baik, dan pemantauan kesehatan yang berkelanjutan, telemedicine dapat berkontribusi secara signifikan dalam mengurangi penyebaran mpox. Penting bagi pemerintah, penyedia layanan kesehatan, dan masyarakat untuk berkolaborasi dalam memanfaatkan teknologi ini demi menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan aman.
KATA KUNCI : Inovasi, Mpox, Pencegahan, Society 5.0, Telemedicene
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, M., Surti, M. 2022. Artificial Intelligence (AI) in Monkeypox Infection Prevention. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9627635/ [online]. (Diakses tanggal 25 September 2024).
Budiyarto, L. 2023. Infeksi Cacar Monyet (Monkeypox). Jurnal Medika Hutama, 4(2),pp.3225-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H