Seseorang yang memutuskan untuk menunda menikah atau “waithood” tentunya memiliki beragam alasan. Beberapa alasan yang sering dijumpai di lingkungan masyarakat seperti:
(1) menjadi tulang punggung keluarga, (2) fokus bekerja dan mengejar karier, (3) melanjutkan pendidikan, (4) ketakutan atau trauma masa lalu akibat KDRT dan perceraian, (5) belum menemukan pasangan yang tepat, dan sebagainya.
Dari kesekian alasan tersebut, dalam tulisan ini penulis akan membahas tentang pengaruh keputusan seseorang yang menjadi tulang punggung keluarga untuk menunda menikah. Seseorang yang menanggung beban finansial keluarga erat kaitannya dengan istilah sandwich generation atau generasi sandwich.
Di era milenial ini istilah generasi sandwich sepertinya sudah tidak asing bagi masyarakat. Generasi ini tidak serta merta langsung kita anggap sepenuhnya merugikan. Mengingat kebanyakan para generasi sandwich tidak menginginkan kondisi dan posisi tersebut sehingga berjuang keras untuk memutus mata rantai generasi ini.
Adapun salah satu contoh yaitu rekan kerja suami penulis, sebut saja namanya Pak Ardi. Pak Ardi yang diusianya sudah menyentuh kepala empat, namun belum juga kunjung menikah.
Penulis pernah beberapa kali bertemu dengan Pak Ardi saat ada acara family gathering kantor suami dan pada kesempatan lain. Sosok Pak Ardi berdasarkan pengamatan langsung dan cerita dari suami penulis dapat digambarkan memiliki kepribadian yang ramah, periang, dan dewasa.
Menikah atau belumnya rekan kerja di kantor sebenarnya bukanlah urusan kami. Namun yang menarik, ternyata di balik sosok Pak Ardi ada secercah kisah yang begitu menginspirasi penulis dan suami. Adapun pada suatu momen, salah satu rekan kerja yang lain bercerita kepada suami penulis tentang latar belakang Pak Ardi.
Di usia Pak Ardi yang lebih dari 40 tahun ternyata menyimpan kisah haru dan inspiratif. Cerita tersebut disampaikan oleh sesama rekan kerja kantor yang berasal dari daerah yang sama dengan Pak Ardi bahkan kenal dekat dengan keluarganya. Pak Ardi adalah anak pertama dari keluarga yang sangat sederhana di sebuah desa.
Pak Ardi merupakan sosok yang begitu berjasa terhadap adik-adiknya. Riwayat pekerjaannya di masa lalu adalah seorang freelancer. Apapun tawaran pekerjaan yang menghampiri, dia terima kala itu.
Ibaratnya, masa muda Pak Ardi digunakan untuk membanting tulang demi memenuhi kebutuhan keluarganya meliputi orang tua dan adik-adiknya.