Mohon tunggu...
Khusnul Kholifah
Khusnul Kholifah Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dan Pendidik

Pencinta literasi sains, parenting, dan kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Semangkuk Cilok Kuah

2 Februari 2024   15:44 Diperbarui: 2 Februari 2024   19:11 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semangkuk cilok kuah | dokumen pribadi

"SEMANGKUK CILOK KUAH"

Tiga hari ini hujan terus mengetuk atap rumah
Begitu rajin menyapa sesekali dengan deru gemuruh
Langit pun kelabu, lalu turunlah gerimis sore itu.

Hujan, kau membuatku melamun tentang apa yang akan tersaji sore ini
Ku tuangkan isi kepalaku dengan meracik cilok berkuah kaldu
Semangkuk cilok berkuah hangat sepertinya segar dan memanjakan lidah
Berteman tetelan daging dan kukusan tahu kuning
Terjalin harmonisasi rasa yang berpadu di tengan rintik menggelitik.

Bulatan tepung aci terwujud dalam kenyalnya adonan cilok
Menjelma bola-bola kecil yang dimasak dalam air mendidih
Aroma kuah kaldu yang khas begitu memikat
Menggugah lapar dari segala arah.

Aroma bawang goreng menguar samar-samar
Rasanya murni racikan sendiri
Berpadu dalam semangkuk cilok kuah berkaldu yang menemani soreku.

Tak cukup rasanya untuk dinikmati sendiri
Mangkuk-mangkuk pun berjajar rapi
Turut mengantri untuk berbagi.

Jakarta, 2 Februari 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Baca juga: Sang Cendekia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun