Sama halnya dengan strategi pedagang kaki lima menghadapi tindakan penertiban petugas SatPol-PP. Lapak dalam bentuk "tenda buka-pasang cepat" dan "gerobak/gelaran siap lari" merupakan scenario cerdas pensiasatannya untuk tetap bisa berusaha dan bertahan hidup.
"Keuntungan sebagai oposan kaki lima seperti Rocky Gerung, setidaknya bebas tanpa terikat aturan institusi yang menaungi. Andai berdampak, hanya pribadinya yang menanggung. Meskipun, ada pihak lain yang terimbas karena konsekwensi dampak politik konspirasi"
Pertanyaan nakalnya, siapa sponsor ekonomi-politik dibalik peran yang dimainkan? Adakah transaksional dengan para pelaku usaha? Apakah ada korelasinya dengan partai politik tertentu? dan apakah ada pemufakatan politis dengan pihak pemerintah penguasa?
Sebagaimana tujuan pedagang kaki lima, cakrawala mereka hanya terbatas pada pengadaan kesempatan kerja dan menghasilkan pendapatan yang langsung bagi dirinya sendiri. Dalam tafsir sosiologis, hal ini bisa dipahami dari kacamata piramida masyarakat kota.
Piramida masyarakat kota menempatkan pedagang kaki lima berada pada struktur paling bawah. Hal ini karena mereka adalah kelompok masyarakat yang tidak punya kemampuan akses apapun. Baik akses ekonomi, politik, hukum maupun lainnya.
Jika mencermati tujuan kritik Rocky Gerung, diduga independensi sikap politisnya hanya untuk memenuhi kepuasan bathin intelektualnya, demi tercipta dan terlaksanya situasi dan praktik pemerintahan yang demokratis tanpa ada kepalsuan dan pemanipulasian politik.
Sama halnya dengan peran dan posisi para oposisi di Indonesia. Eksistensinya belum mampu mewarnai dampak politis secara signifikan, meski berada dalam system dan punya akses politik. Eksistensinya tidak mampu menghadapi partai pendukung pemerintah penguasa.
Dalam konteks alat produksi, yang dimiliki pedagang kaki lima hanya sebatas berusaha mencoba mempertahankan diri. Logika subsistence menjadi cara hidup yang terpaksa harus dipilihnya dan merupakan cara bertahan hidup.
"Analogi soal keterbatasan sumber daya dan strategi survival pedagang kaki lima ini, nampak sama dengan praktik strateginya Rocky Gerung dan para oposan lainnya, segala tindakan semata agar tetap eksis dengan mendaur ulang retorika melalui narasi-narasi kontekstualnya"
Para pedagang kaki lima juga membentuk komunitas hingga tercipta solidaritas mekanik. Kebutuhan ini sebagai sebuah entitas yang bisa mengembangkan ketahanan kelompok sosialnya dengan bangunan kesadaran kolektif sebagaimana terminolog Emile Durkheim.
Perhatian utama Durkheim adalah bagaimana masyarakat dapat mempertahankan integritas dan koherensinya pada masa modern. Karenanya, kesadaran kolektif itu mencakup keseluruhan kepercayaan dan perasaan kelompok, dan bersifat ekstern serta memaksa.
Sama halnya dengan langkah Rocky Gerung bergabung dalam entitas politis yang punya gagasan dan tujuan tertentu, yang disiapkan melakukan perlawanan lewat kritik berbasis pemikiran ideal yang dipengaruhi kesadaran kolektif keanggotaannya.
Pola ekologis dalam bentuk survival kelompok sosial berbasis sub-sistence (pedagang kaki lima), akan memanfaatkan dan melakukan apapun setiap jengkal ruang kota yang dianggap punya nilai ekonomis untuk mewujudkan rasionalitas instrumentalnya untuk mempertahankan hidupnya.