Cardiopulmonary resuscitation (CPR)/ Resusitasi Jantung Paru (RJP) adalah sebuah pertolongan pertama yang dapat diberikan pada kasus cardiac arrest atau henti jantung. Henti jantung (cardiacarrest) adalah suatu kondisi di mana jantung tiba-tiba berhenti bekerja. Berhentinya jantung biasa disebut cardiac arrest adalah kondisi dimana fungsi dari kerja jantung yang menghilang secara tiba-tiba, karena sudah mencapai kerusakan pada sistem listrik jantung ketika berdetak, sehingga suplai darah tidak mencapai ke seluruh tubuh termasuk organ penting yaitu otak. Kondisi ini bisa menyebabkan seseorang cacat permanen bahkan kerusakan otak. Kejadian seperti ini sangat sering terjadi di dalam maupun di luar rumah sakit. Dalam kondisi darurat, pengetahuan tentang CPR bukan hanya sebuah keahlian, tetapi merupakan perbedaan antara hidup dan mati. Seiring dengan peningkatan kesadaran akan pentingnya kesehatan masyarakat, pemahaman yang lebih baik tentang CPR menjadi semakin vital.
Tujuan CPR/RJP adalah untuk menghidupkan kembali seseorang yang mengalami serangan jantung untuk menghindari kematian. Dengan pemberian CPR, aliran darah yang kaya akan oksigen akan tetap tersalurkan ke otak dan seluruh tubuh hingga orang tersebut mendapatkan bantuan medis lebih lanjut.
CPR atau RJP adalah tindakan yang diberikan ketika seseorang mengalami henti napas atau henti jantung. Ada beberapa persyaratan penting yang harus dipenuhi dalam memberikan CPR/RJP. Pertama, individu harus mendapatkan pelatihan CPR/RJP secara berkala untuk memahami teknik yang benar, urutan langkah-langkah, dan penggunaan peralatan pertolongan pertama. Kedua, sebelum memberikan CPR, penolong harus memastikan bahwa lingkungan sekitar aman dan tidak ada bahaya yang dapat membahayakan baik penolong maupun korban. Ketiga, penolong harus melakukan penilaian cepat terhadap kondisi korban dan memastikan bahwa korban tidak responsif dan tidak bernapas normal sebelum memutuskan untuk memberikan CPR/RJP. Terakhir, sebelum memulai CPR, penolong harus segera memanggil bantuan darurat atau meminta seseorang untuk melakukannya karena waktu sangat krusial dalam situasi henti jantung atau berhenti bernapas.
CPR atau RJP adalah prosedur medis yang sangat penting dan dapat menyelamatkan nyawa. Prosedur ini melibatkan tiga langkah utama: penekanan pada dada, pembukaan jalur napas, dan pemberian napas buatan.
Langkah pertama dalam prosedur CPR adalah penekanan pada dada, juga dikenal sebagai compression. Ini adalah tindakan yang melibatkan penekanan ritmis dan kuat pada dada pasien, bertujuan untuk memijat jantung dan memulihkan sirkulasi darah. Untuk melakukan compression, korban harus diletakkan di permukaan yang keras dan datar. Penolong kemudian berlutut di samping leher dan bahu korban, menempatkan satu telapak tangan di bagian tengah dada pasien, dan telapak tangan lainnya di atas tangan pertama. Dengan posisi siku lurus dan bahu tepat di atas tangan, penolong menekan dada korban dengan kecepatan 100-120 kali per menit, atau sekitar satu hingga dua tekanan per detik. Penting untuk menggunakan kekuatan tubuh bagian atas, bukan hanya kekuatan lengan, untuk menghasilkan tekanan yang cukup kuat.
Langkah kedua dalam prosedur CPR adalah pembukaan jalur napas, atau airways. Setelah tahapan compression, penolong perlu membuka jalur napas pasien. Ini dilakukan dengan mendongakkan kepala pasien, meletakkan satu tangan pada dahinya, dan menggunakan tangan lainnya untuk mengangkat dagu secara perlahan sampai saluran napas pasien terbuka.
Langkah ketiga dan terakhir dalam prosedur CPR adalah pemberian napas buatan. Jika pasien masih belum menunjukkan respon setelah compression dan pembukaan jalur napas, penolong dapat memberikan napas buatan. Napas buatan ini diberikan dengan tujuan untuk mengembalikan pernapasan spontan pasien. Napas buatan dapat diberikan dari mulut ke mulut atau dari mulut ke hidung. Dalam CPR, teknik breathing ini diikuti dengan compression, yaitu 30 kali kompresi dada diikuti dengan dua kali bantuan napas.
Untuk memberikan napas buatan, penolong harus meletakkan mulutnya ke mulut atau hidung pasien. Jika memberikan napas bantuan dari mulut ke mulut, penolong harus menjepit hidung korban menggunakan tangan. Penolong kemudian memberikan udara dari mulutnya sebanyak dua kali ke pasien, sambil memperhatikan apakah dada pasien terangkat seperti ketika bernapas. Jika pasien tidak menunjukkan tanda-tanda bernapas, penolong harus kembali melakukan kompresi dada sebanyak 30 kali.
Pengetahuan CPR/RJP harus dikenal dan dikuasai oleh semua orang supaya penolong mengetahui bagaimana tanda pasien yang harus diberikan bantuan CPR/RJP dan tata cara melakukannya. Tidak ada salahnya membekali diri dengan pengetahuan mengenai cara melakukan CPR, karena bisa saja suatu saat dihadapkan pada situasi di mana keterampilan ini sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan nyawa orang lain.
Pentingnya mengenal CPR melibatkan kemampuan untuk memberikan respon cepat dalam keadaan darurat. Dengan memahami dan menguasai teknik CPR, seseorang dapat memberikan bantuan yang efektif hingga tim medis profesional tiba. Waktu adalah faktor kritis dalam kasus henti jantung dan tindakan CPR yang segera dapat meningkatkan peluang keselamatan. Pada kondisi di mana seseorang mengalami henti napas dan henti jantung, dapat dilakukan CPR hingga dokter atau tenaga medis tiba di lokasi. Pemahaman akan risiko dan batasan dalam memberikan CPR/RJP juga penting. Terutama, pada situasi tertentu di mana penolong tidak dapat memberikan bantuan tanpa risiko berbahaya.
Selain itu, pengetahuan tentang CPR juga dapat membantu membangun kepercayaan diri individu untuk beraksi dalam keadaan darurat. Ketidakmampuan untuk memberikan bantuan CPR dapat meningkatkan risiko kerugian nyawa atau kerusakan otak pada korban. Dengan mengenali CPR, seseorang tidak hanya menjadi sumber pertolongan pertama yang kompeten tetapi juga berkontribusi pada keamanan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Pelatihan CPR dapat dilakukan oleh siapa saja, dan pengetahuan ini dapat menyelamatkan nyawa serta memberikan dampak positif pada lingkungan sekitar.