Kolaborasi dan komitmen bersama untuk mengatasi masalah stunting ini diharapkan berjalan secara antarsektor. Hal ini meliputi sektor kesehatan maupun nonkesehatan. Semua pihak dipertemukan melalui acara yang dirancang khusus bernama Rembuk Stunting.
Koordinasi lintas sektor ini sangat dibutuhkan sebagai sarana untuk melakukan intervensi dalam hal percepatan penurunan stunting secara terintegrasi dan mengoptimalkan peran perangkat daerah kemantren dan kelurahan.
Seriring dengan upaya-upaya tersebut, dipadukan pula dengan aksi konvergensi dalam upaya penurunan stunting secara terintegrasi. Aksi konvergensi ini misalnya intervensi gizi serta sosialisasi dan diseminasi kebijakan penanggulangan stunting.
Semua pihak didorong penuh untuk aktif berkontribusi, termasuk dalam hal pelaksanakan kampanye yang ditujukan bagi tercapainya perubahan perilaku hidup bersih dan sehat sebagai bagian dari percepatan pencegahan stunting.
Di bawah prevalensi stunting nasional
Upaya kolaborasi dan komitmen tinggi yang bersifat lintas sektor ini memberikan hasil yang menggembirakan. Untuk tahun 2022 Pemkot Yogyakarta berhasil menorehkan prevalensi angka stunting di Kota Yogyakarta sebesar 10,8 persen.
Data lain berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, prevalensi angka stunting Kota Yogyakarta tercatat sebesar 13,8 persen. Angka itu berada di posisi bawah dari prevalensi stunting nasional yang ditargetkan 14 persen pada tahun 2024.
"Angka stunting kita sudah di bawah nasional. Tapi kita harus terus melaksanakan bagaimana stunting ini terus ditekan. Karena stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat yang kompleks dan harus menjadi perhatian bersama," ungkap Sumadi, Penjabat Walikota Yogyakarta.
Dalam acara Rembuk Stunting di Balai Kota Yogyakarta (13/3/2023), Sumadi juga menekankan peran mantri pamongpraja, puskesmas, kader dan aparatur wilayah untuk terus melakukan edukasi masyarakat agar stunting bisa berkurang.
Tak dapat dikesampingkan adalah penguatan partisipasi masyarakat, misalnya dengan memberdayakan organisasi kepemudaan. Pihaknya berharap aktivitas Rembuk Stunting 2023 ini akan memunculkan program-program yang berkelanjutan dan berdampak nyata bagi masyarakat Kota Yogyakarta.
"Kita harus terus maju untuk bagaimana semua wilayah bisa kita tangani secara baik, harapannya tahun 2024 bisa zero (nol),” ujar Sumadi.