"Erik [ten Hag] came to see me after the game and invited me to his office. We shared a beer together, he gave me a bottle of wine for my wife, and the Rashford shirt ." pic.twitter.com/8oRKi4uVAv--- UtdChronicles (@UtdChronicIes) January 11, 2023
Lebih dari itu, sebagai dikisahkan Dean Holden, Erik ten Hag memberikan hadiah yang tak disangka-sangka olehnya. Sebotol wine untuk istri Dean Holden, sebuah jersey Rashford yang bertanda tangan, serta undangan bagi Dean Holden untuk mengunjungi pusat latihan United, Aon Training Complex di Carrington.
Kepada media Dean Holden kemudian mengungkap lebih jauh bahwa dia dan ayahnya adalah fans garis keras Manchester United. Dalam narasinya, Dean Holden menceritakan bahwa ia sudah pernah duduk di semua sisi lapangan Old Trafford. Dan kini, paripurna saat ia datang sebagai pelatih dengan timnya.
Manusia Melebihi Bola dan Kompetisi
Kisah jamuan pribadi serupa Erik ten Hag dan Dean Holden, pernah berlangsung antara pelatih legendaris United, Alex Ferguson, dan Jose Mourinho. Sesengit bagaimana pun laga di lapangan dan apa pun hasil pertandingan, Jose kerap diundang ke ruang kerja Ferguson dan mereka menikmati wine bersama.
Betapa manusiawi kisah-kisah seperti ini, melampaui komersialisme industri sepak bola profesional, terutama di tanah Inggris. Melampaui berita-cerita saling tikung membeli pemain, tingginya persaingan antarpemain, atau kerapuhan posisi pelatih saat kekalahan mulai menghampiri mereka.
Di balik bola dan gawang yang benda mati, kita kerap lupa pada penggeraknya yang adalah juga manusia. Kita patut menyukuri kisah-kisah seperti ini, yang jarang terekspos di media. Atau, kurang laku bila dijadikan berita.
Saya teringat pada Marcel Proust yang menulis, "Let us be grateful to people who make us happy, they are the charming gardeners who make our souls blossom."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H