"Berapa lama akan di sini,"
tanyaku seraya mengambil alih koper
dan sebongkah ransel berat
memulai langkah meninggalkan peron
Kamu tiba saat stasiun Tugu sedang lengang
angin bertiup dan dingin menusuk tajam
jarum jam telah rebah jauh ke timur
bersama keramaian yang memudar
Pesan itu kuterima beberapa saat ketika
keretamu melewati kota sebelah
Aku sigap menjawab, selalu begitu
sejak tahun-tahun lampau yang jauh
"Aku ditugasi riset di Jogja seminggu.
Bila tak keberatan dan sedang senggang,
maukah kau menemani ketibaanku
di stasiun tugu?"
Aku tak bertanya panjang,
selalu bersiap dengan jawaban iya
Dan kini kita telah mengayun langkah
memasuki Jalan Malioboro yang basah
Kita melangkah. Duduk. Melangkah lagi
Berbincang. Jeda. Berbincang lagi
Kubiarkan kau berkata-kata apa saja
Kubiarkan aku bersabar dalam pengharapan
Di penggal terakhir Jalan Malioboro
langit mulai menampakkan cahaya
Sebelum kita berbincang tentang rasa
seseorang meminggirkan mobil
Tanganku hanya melambai
sesaat kau menutup pintu
Senyumku tak sanggup mengembang
saat melihat mata lelaki yang kukenal itu
Di jam-jam pertama dan hari-hari lanjut
tak pernah lagi kuterima pesan darimu.
_
Puisi naratif Ang Tek Khun
Jogja, Januari 2023