Batagor, sepelaminan dengan Siomay, adalah hal lumrah tanpa diminati siapa pun untuk digugat. Entah sejak kapan, dan bagaimana sejarah mencatat, keduanya seiring sejalan seperti kaus couple. Atau, lebih mutakhir, bak masker dan bibir. Erat, lekat, bersanding dalam satu gerobak atau warung makan.
Perihal menuliskan nama menu sebagai jenama (brand) pun sungguh setia, "Batagor Siomay". Di cetak di spanduk, ditulis di dinding warung, atau dicat di sisi-sisi gerobak. Tak pelak, keduanya sering dikira sebagai menu yang sama--hanya berbeda dalam penyelesaian akhir: kukus versus goreng.
Sesekali, Siomay boleh kok diminta digoreng sebelum berlabuh di perut kamu. Namun Batagor, identik dengan cemplungan di minyak panas dalam wajah. Agak beda tipis? Nah, ada sejumlah perlawanan lain antara Batagor dan Siomay.
Batagor wajib menggunakan tahu tahu putih--bukan kuning. Dilaburi adonan dan khas dipotong dua diagonal membentuk segi tiga sama lebar. Bagaimana dengan Siomay? Jelas dikukus. Meski di ujung cerita, keduanya kerap berakhir dengan nasib yang sama, dipotong-potong.
Siomay Bandung disajikan dalam beberapa varian format. Selain Siomay itu sendiri, ada juga pare kukus, sayur kubis kukus, telur rebus, tahu kukus, dan tak ketinggalan kentang bulat. Sangat berbeda dengan batagor. Sedikit jenisnya dan itu-itu saja.
Itu berlaku di Bandung, juga di kota-kota lainnya. Jika ada perbedaan, entah karena penjualnya iseng atau kreatif, tidak akan jauh-jauh. Hanya sedikit variasi karena situasi atau demi penyesuain dengan ego si penjual . Namun, sependek saya pernah mencoba Batagor di Jogja, saya mendapati perbedaan yang hqq dengan Batagor yang saya nikmati di @batagorkangbob.
Batagor di sini, belum ada apa-apanya. Masih material terpisah. Hanya ada adonan dengan kandungan ikan tengiri, tumpukan tahu putih, dan sejenis kulit pangsit. Apabila masuk pesanan via dua aplikasi warna hijau yang-kamu-pasti-tahu-siapa-itu atau order langsung via WA 0812-2973-4522, barulah ia digarap.
Batagor ala Kang Bob
Lebih jauh tentang @batagorkangbob, ini kejadian di TKP.
Dalam kemeriahan acara #DolanKuliner komunitas Kompasianer Jogja (KJOG), saat ditawari, saya sengaja menanggap Batagor. Meski diiming-imingi Siomay juga, secara saya engak nolak sih, tapi saya pengin ngepoin Batagor yang ini.
Saat mulai mencicipi, hangat-hangat di piring, mata saya membelalak. Pengin gumam gini, "Uh-uhh-uhh!". Seperti YouTuber di Jepang atau Korea itu loh. Lalu, menjerit, "Yabai!" "Oishii!"