"Sound of Borobudur" kini telah menjadi gerakan yang menggaungkan kembali bunyian Peradaban Borobudur yang terpendam selama ribuan tahun agar dapat dimanfaatkan di masa depan. Salah satunya melalui media seni (sebagai produk budaya), yang digeliatkan oleh tiga tokoh sentral, Trie Utami, Purwa Tjaraka, dan Dewa Budjana.
Embrio gerakan ini telah dimulai bertepatan dengan momentum Borobudur Culture Feast 2016. Saat itu, bagi yang belum sempat membaca kisah ini, tengah berkumpul KRMT Indro Kimpling Suseno, Trie Utami, Rully Febrian, Redy Eko Prastyo, dan Bachtiar Djanan. Mereka berdiskusi dan membuka buku foto-foto karya Kassian Cephas tentang relief Karmawibhangga.
Keterbatasan dana membuat Cephas hanya bisa menyelesaikan 160 dari target 300 foto panel relief. Foto-foto relief jepretannya baru dipublikasikan 30 tahun kemudian.
Sementara itu, ada nama Ali Gardy Rukmana, seniman muda dari Situbondo (Jawa Timur). Ia mengemban amanah untuk mewujudkan alat musik yang semula hanya menghiasi panel relief.
"Sound of Borobudur" kembali digelar awal April 2021. Selain pertunjukkan musik, disajikan pula Seminar dan Lokakarya bertajuk "Borobudur Pusat Musik Dunia". Tujuan seminar tak lain untuk membangun landasan ilmiah bagi gerakan ini. Seminar ini menghadirkan 5 pakar dari bidang Cultural Studies, Sejarah, Arkeologi, Antropologi, dan Etnomusikologi.
Bingkai Storynomic Tourism untuk Pariwisata Indonesia
Indonesia telah menetapkan jalur Storynomic Tourism dalam membingkai pariwisata---terutama pada lima Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) superprioritas, yaitu Danau Toba, Borobudur, Likupang, Mandalika, dan Labuan Bajo.
"Kami memperkenalkan formula Storynomics Tourism. Sebuah pendekatan pariwisata yang mengedepankan narasi, konten kreatif, dan living culture, serta menggunakan kekuatan budaya sebagai DNA destinasi," ungkap Irfan Wahid, ketua tim Quick Win yang ditunjuk Presiden Jokowi.
Penetapan strategi Storynomics Tourism berlandaskan pada kekayaan budaya Indonesia, sehingga nantinya promosi kawasan wisata akan dilakukan dengan narasi storytelling yang dikemas dalam konten menarik dengan menceritakan budaya lokal setempat.
Konsep ini menjadi salah satu upaya promosi dan komunikasi dalam membangkitkan sektor pariwisata, terutama pascapandemi Covid-19 yang berfokus pada pariwisata berkualitas. Melalui pendekatan ini, diharapkan bisa meyakinkan wisatawan untuk berkunjung ke sebuah destinasi wisata.
Konsep Storynomics Tourism diakui oleh Tatiana Gromenko, pendiri SGB, platform digital pariwisata Singapura, sebagai ide yang brilian. Menurut perempuan Rusia yang fasih berbahasa Indonesia ini, konsep pariwisata dengan mengedepankan narasi kreatif memang mutlak dibutuhkan di zaman digital.