Avadhana hampir sama Buddhacarita, tetapi tokohnya bukan Sang Buddha, melainkan orang lain. Cerita ini terhimpun dalam kitab Diwyawadana yang berarti perbuatan mulia kedewaan dan kitab Avadanasataka atau seratus cerita Avadana.
Gandawyuha adalah deretan relief pada dinding lorong kedua, memuat cerita Sudhana yang berkelana tanpa mengenal lelah dalam usaha mencari "pengetahuan tertinggi" tentang "kebenaran sejati".
Relief dan Gerakan "Sound of Borobudur"
Borobudur merupakan kawasan yang kaya akan kisah untuk diceritakan. Dimulai dari nama pun, telah disebut-sebut dalam beberapa versi berdasarkan ahlinya. Proses penemuan, proses pemugaran, hingga masuk daftar Situs Warisan Budaya Dunia (World Heritage Site) UNESCO, dan proses masuk dalam daftar Memori Dunia (Memory of The World).
Berdasarkan kawasan, tarikan garis lurus menghubungkan Candi Borobudur, Pawon, dan Mendut menyimpan kisah menarik untuk diceritakan. Bagaimana para peziarah di masa lampau menempuh jalan ini. Hingga proses menghidupkan jalur ini sebagai bagian dari pembangunan KSPN.
Sejumlah "tugas" telah pula menunggu untuk tiba pada kerja-kerja kreatif menghidupkan panel-panel relief menjadi story untuk Storynomic. Pada bagian inilah kita akan berjumpa dengan gerakan bernama "Sound of Borobudur".
Di mana letak relief "Sound of Borobudur"? Berdasarkan pemetaan (bagan) relief di atas, kita akan tiba pada panel-panel tersebut.
Pada relief Karmawibhangga, Lalitavistara, Jataka/Awadana, dan Gandawyuha, kita akan bertemu pahatan alat-alat musik, antara lain Bar-zither, Lute, Harpa, dan berbagai macam Gendang. Misalnya saja, Gendang tong, Gendang susun tiga, Gendang simetris, Gendang silinder, Gendang por, dan Gendang tanah liat.
Bentuk alat-alat musik tersebut saat ini tersebar di 34 provinsi di Indonesia. Beberapa alat musik yang dipakai saat ini, masih menyerupai bentuk yang ada di relief candi.
Lebih luas lagi, ada kesamaan atau kemiripan yang signifikan antara bentuk alat musik di relief Borobudur dengan alat musik yang saat ini masih dimainkan di lebih dari 40 negara di dunia.
Hipotesis tak terhindarkan muncul di benak bahwa Borobudur dulunya merupakan pusat musik dunia. Dari sini musik dikenalkan ke seantero jagad. Atau sebaliknya, Borobudur merupakan tempat berkumpulnya para musisi ternama dunia.