Tren tanaman hias 2021, pastilah Keladi. Percaya, deh! Sejarah telah membuktikan. Ia jenis tanaman yang telah hadir sejak lama. Menemukan momentumnya di tahun pandemi Covid-19 2020. Dan, momentum ini akan terus berlanjut. Sebab itu, tak akan urung ia akan menjadi-jadi sebagai tren tanaman hias 2021.
Untuk mengekspresipkan keyakinan ini, saya ingin bercerita tentang dia. Si elok dengan kecantikan klasik. Dia yang menemani pekarangan rumah saya secara tidak sengaja. Namun tumbuh hingga kini, bahkan memberi makna dan mengajarkan semangat hidup yang patut ditiru manusia--bukan hanya buat saya.
Jika ditanya apa tanaman hias yang saya sukai, tentu saja saya punya jawaban. Beberapa nama layak disebutkan meskipun bukan berasal kasta "akar rumput" dengan harga marjinal. Jika ditanya secara lebih spesifik apa tanaman yang menjadi favorit saya itu, saya akan menyebut nama Keladi. Ia akan menyisip dalam arus tren sebagai tanaman hias favorit di tahun 2021.
Alasannya? Teramat sederhana, tidak muluk-muluk. Anda tidak akan mendengar paparan saya dalam format panjang-lebar, sana-sini, dan ini-itu. Tidak seperti ujaran sistematis para pakar akademik. Tidak juga berupa uraian mendalam dan menggemaskan dari penghobi gila tanaman. Malah sebaliknya, bisa jadi akan memancing Anda untuk melancarkan protes. Disebabkan sharing kesan yang sangat pribadi.
Pertama, tanaman Keladi yang masuk dalam kelompok tumbuhan dari genus Caladium ini, tumbuh di pekarangan belakang rumah saya. Jadi, berdasarkan fakta ini, ada unsur KKN. Kedua, ia banyak muncul dalam status atau caption teman-teman di media sosial. Ya, betul, sangat subyektif pake banget. Ketiga, karena Artificial Intellegence (AI) media sosial menyuguhi saya banyak informasi Keladi. Nah, kalau yang ini bukan urusan saya.
Sekarang, saya akan membeberkan alasan satu tahap lebih mendalam. Kemunculan Keladi bukanlah seperti peristiwa peledakan bom atau mendadak melejit bak meteor. Secara jenis pun, Keladi bukanlah tanaman yang istimewa, dalam arti sulit dan mahal untuk didapatkan. Ia bukan jenis tanaman yang dipanggungkan--tampil semusim tapi lalu ngilang.
Keladi hadir di muka sejak doeloe kala. Dalam bincang-bincang, ada yang bilang bahwa jenis Keladi sudah ada sejak masa prasejarah. Penampakannya biasa saja, karena memang dia biasa saja. Pandemi Covid-19 yang memberi peluang baginya untuk disorot, dibicarakan, dan diadopsi dengan baik. Bagi keluarga-keluarga yang telah menanamnya sejak lama, inilah momentum menambah koleksi dengan beragam jenis.
Hal kedua yang tidak bisa dimungkiri, Keladi hidup berkawan baik dengan manusia. Ia paham betul bahwa manusia tidak terlalu menyukai keribettan--kecuali mengandung cuan yang bejibun. Sebab itu dia mudah tumbuh tanpa perawatan spesial. Hal ini kelak dibuktikannya melalui pengalaman saya bersamanya.

Benar saja. Dari tampakan yang mulai mencuat, terlihat ciri-ciri yang mulai jelas. Itu Keladi, meski ukurannya sangat mini. Sejak itu saya mulai mengamati anakan Keladi ini. Berselang waktu, dalam jarak yang kira-kira sama, muncul lagi bayi baru Keladi. Wow! Ada sekarang ada dua kelompok dan mereka benar-benar saling menjaga jarak.
Suatu saat, kami memutuskan untuk mengupah Pak Kebun guna membersihkan pekarangan. Sebab tanaman liar telah bertumbuhan memenuhi area. Musim hujan mendukung mereka untuk jadi tebal dan tinggi. Tidak lagi bisa ditangani dengan cara sederhana mencabut menggunakan tangan kosong.