Mohon tunggu...
Ang Tek Khun
Ang Tek Khun Mohon Tunggu... Freelancer - Content Strategist

Sedang memburu senja dan menikmati bahagia di sini dan di IG @angtekkhun1

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Angkringan, Warung Makan Sederhana ala Yogyakarta

18 Mei 2016   22:13 Diperbarui: 19 Mei 2016   01:45 2510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Angkringan, warung makan sederhana ala Yogyakarta (Foto: @angtekkhun)

Menyemai Geliat Perekonomian Rakyat

“Setiap sore sebelum angkringan dibuka, mereka mengantarkan jualannya. Esok paginya barulah mereka datang lagi untuk mengambil yang tersisa,” terang Mas Udin. Para mitra ini berasalnya dari orang-orang berasal dari wilayah di sekitar angkringan, sehingga turut menggerakkan perekonomian rakyat.

“Berkembang bersama”, itulah filosofi yang dianut Angkringan Tobat yang tak mau kalah dalam berpromosi melalui media sosial. Itu sebabnya hubungan kedua belah pihak ini sangat kekeluargaan. Menurut Mas Udin, ia bebas memberikan masukan dan bahkan memesan khusus menu yang belum tersedia. Demikian pula saran-saran lain misalnya setiap menu harus dipatok dengan harga jual yang terjangkau untuk konsumen di angkringan ini.

“Urip Paribasan Mampir Ngangkring” (Foto: @angtekkhun)
“Urip Paribasan Mampir Ngangkring” (Foto: @angtekkhun)
Oya, saat disinggung mengenai nama Tobat yang disandangkan di angkringan ini, sambil tersenyum Mas Udin yang juga menghadirkan angkringan ini di Instagram @angkringantobat menjelaskan bahwa Tobat yang dimaksud adalah bentukan dari dua kata, yaitu Noto Batin (menata batin/hati). “Di sini orang-orang bisa makan sambil nongkrong atau santai melepas penat dan menata batin, sehingga selain kenyang hati pun jadi tentram.”

Sejumlah pengunjung yang hadir bersama saya (Foto: @angtekkhun)
Sejumlah pengunjung yang hadir bersama saya (Foto: @angtekkhun)
Ketika saya mencoba menyantap Sego Bakar Hati-Ampela Daun Kemangi usai dibakar, saya menyenggol teman dan berbisik mantap, “Hmm, enak nih.” Yup, disantap beriring sate usus dan telor puyuh yang telah dibakar kecap, lalu dilengkapi pepes tahu, lidah saya pun kian berdecak riang. Ya, Anda pun harus mencobanya.

Di angkringan rakyat semacam ini, Anda dapat menikmati suasana Yogyakarta dengan bujet secukupnya, namun kenyang dan pulang dengan hati tentram usai menoto batin. Sayang sekali bila Anda tidak pernah mencobanya saat menjejakkan kaki di kota kreatif ini. Jadi, kapan ke Yogya lagi? []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun