Mohon tunggu...
Ang Tek Khun
Ang Tek Khun Mohon Tunggu... Freelancer - Content Strategist

Sedang memburu senja dan menikmati bahagia di sini dan di IG @angtekkhun1

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sengman Iku Sing Endih Toh?

3 September 2013   14:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:26 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiba-tiba nama "Sengman" mencuat ke seantaro jagat Indonesia. Kalau sebelumnya kita telah mengenal nama-nama penyandang "man" lainnya seperti Superman, Batman, Spiderman, apakah kali ini telah lahir local hero manusia perkasa terbuat dari seng? Entahlah.

Romeo Montague dan Juliet Capulet menjalin relasi, lalu komunikasi, kemudian saling berbagi tali asih yang kita sebut cinta. Yang menjadi masalah, keduanya menyandang nama keluarga yang tak akur. Dan bagaimana akhir kisah ini, kita sudah tahu. Namun yang menarik untuk dikutip adalah ucapan Juliet. "What's in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet."

Ah, mari kita sepakat di sini bahwa Shakespeare benar dalam arti tidak penting bagaimana seseorang dinamai. Yang jauh lebih bermakna adalah bagaimana perilaku si empunya nama. kalau semua tokoh yang akhiran "man" seperti Superman, Batman, dan Spiderman dielu-elukan sebagai pahlawan, maka kita buta sama sekali bagaimana akhir dari sebuah kisah berjudul "Sengman".

"Sengman" bisa saja menjadi pahlawan rakyat Indonesia dan dikenang hingga anak-cucu-cicit kita sebagai pahlawan yang mengungkap fakta gelap tentang sebuah peristiwa di tanah air. Tapi, bisa juga berlalu tiada arti seperti nama-nama berakhiran "man" lainnya yang tak tercatat sebagai hero.

Sampai di sini kita diyakinkan sekali lagi, nama tidaklah sepenting perbuatan si empunya. Tidak penting banget dia bernama mentereng namun redup dalam daftar hitam KPK atau bernama "melas" (Jawa, baca: kecian deh) namun harum di hidung rakyat.

Maka, nama Joko Widodo biarlah tetap ndeso dipanggil Jokowi saat ia, siapa tahu di kemudian hari, berpidato di forum resmi PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) yang disiarkan langsung ke penjuru dunia. Begitu juga nama Basuki (+ Tjahaja Purnama), biarlah tetap nama udik dan pengekor nama seorang pelawak anggota Srimulat (alm) yang terlebih dahulu sering masuk TV daripada Basuki beralias Ahok ini.

Jadi, ndak usahlah kita bersusah payah mencari-cari tahu dan lelah bertanya-tanya, "Sengman Iku Sing Endih Toh?"

Tenanan, ndak usah wae.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun