Sekadar Pengantar
Saya belum pernah memiliki kesempatan untuk mengikuti acara Kompasianival sebelum Kompasianival 2014, yang diselenggarakan pada 22 November 2014 lalu, di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Pernah ngeblog dan bergabung di Blogfam lalu hiatus selama bertahun-tahun dan bangun, saya bergabung di Kompasiana pada 15 August 2013. Kompasianival yang saya lewati adalah Kompasianival 2013. Itu disebabkan karena acaranya berlangsung selama berhari-hari--sebuah kemewahan yang sulit untuk ditebus oleh seorang karyawan swasta dari luar kota jauh dari Jakarta seperti saya.
Samar saya mendengar cerita-cerita tentang Kompasianival 2013, dan ketika mengikuti Kompasianival 2014, saya merasa model even seperti yang terakhir ini yang paling pas. Bukan hanya menyediakan kebebasan dan keleluasaan berinteraksi antarpribadi, juga antarkomunitas, serta keleluasaan untuk mengikuti acara yang sesuai dengan minat pribadi kompasianer. Jadi, ada kemerdekaan berkumpul, berserikat, dan berkehendak.
[caption id="attachment_377809" align="aligncenter" width="450" caption="Name Tag, oleh-oleh "][/caption]
Even 09.00-22.00 WIB ini pastinya adalah puncak "perayaan" ulang tahun Kompasiana 2014. Usai itu, paling pas menyitir orasi Presiden Jokowi: "Mulai sekarang, petani kembali ke sawah. Nelayan kembali melaut. Anak kembali ke sekolah. Pedagang kembali ke pasar. Buruh kembali ke pabrik. Karyawan kembali bekerja di kantor." Dan ditutup dengan teks parodi dari saya: "Lupakanlah Anda sukses menghadiri Kompasianival 2014 atau Anda belum beruntung untuk hadir, marilah kembali ke akun masing-masing dan menulis demi Indonesia Raya".
Saya pribadi, menyukai festival dan karnaval. Semasa kecil, di kampung selalu rutin hadir pasar malam. Banyak permainan, banyak PKL menggelar aneka jualan. Semua berpenerangan obor kaleng untuk menyibak rembang malam. Sementara di Sekolah Dasar, paling asyik saat tujuh belasan. Malam-malam, selalu ada acara pawai obor bambu berkeliling kota hingga kaki gempor. Oleh karena itu, saya menikmati gelaran ini. Di booth WU, misalnya, saya main dart dalam dua kali kesempatan berbeda. Yang pertama, nancep di luar titik pusat. Tapi yang kedua, yey! berhasil menembus titik tengahnya.
Namun, tak ada pesta yang tak usai. Pemerintahan SBY meskipun berlangsung selama 10 tahun, toh harus berakhir juga. Termasuk ranah pacaran, meskipun Anda tak memasukkannya ke dalam APBN, dan tak membuat Plan B, bisa bubar jalan juga. Dan usai Kompasianival 2014, bukan berarti usai segalanya seperti PLN tiba-tiba membuat byar-pet. Hm, kalau usai begitu saja... betapa sayang acara yang menyebabkan perputaran uang yang lumayan ini, berlalu tanpa makna.
[caption id="attachment_377810" align="aligncenter" width="450" caption="Edi Taslim, CEO Kompas Dotcom, mendampingi Menteri Perhubungan Ign. Jonan"]
Saya suka bicara tentang "usai pesta"--pesta apa saja. Itu topik menarik dan memikat hati saya. Pembelajaran ada di sana; arah gerak ke depan, ada di sana. Plus dalam konteks Kompasiana, ini adalah kado yang bisa saya berikan--menggantikan iklan berwarna penuh sehalaman di harian Kompas yang tak mampu saya bayar.
Berapa banyak "kado" yang akan saya berikan? Tampaknya dua posting. Atau, mudah-mudahan bisa tiga posting jika pada akhirnya saya berani membahas blunder Verifikasi Biru tanpa merasa cemas ditatapi mbak-mbak Admin yang imut-imut nan manis yang baru saya kenal di booth Kompasiana, di pojokan Sasono Utomo. Jadi, terimalah posting pertama Sekadar Pengantar ini, sambil berdoa saya diberanikan hingga posting ketiga. Maturnuwun. []
Lanjut ke Catatan Usai Kompasianival 2014 (2)